Ini Perbedaan Mendasar Pemain Senior Timnas U-23 Indonesia dengan Palestina - Antara Pilihan Utama dan Darurat

By Andrew Sihombing - Rabu, 15 Agustus 2018 | 15:31 WIB
Gelandang tim nasional U-23 Indonesia, Stefano Lilipaly, dalam pertandingan Grup A cabang sepak bola Asian Games 2018 melawan Taiwan di Stadion Patriot, Minggu (12/8/2018). ( GARRY ANDREW LOTULUNG/KOMPAS.COM )

Sebagaimana dilansir BolaSport.com dari footballpalestine.com, Sandouqa awalnya tak berniat memakai jasa pemain senior di Asian Games.

(Baca Juga: Hati-hati, Andritany! Palestina Lepas Tembakan Tiap 2 Menit 40 Detik)


Pelatih timnas U-23 Indonesia, Luis Milla, mencoba berbicara dengan Stefano Lilipaly dan Alberto Goncalves dalam sesi latihan di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/8/2018)(Dokumen PSSI)

Performa ciamik tim asuhannya saat mencapai perempat final Piala Asia U-23 2018 menjadi dasar pemikiran hal tersebut.

Tetapi, penolakan Platanias FC, klub kasta kedua Liga Yunani, melepas bek Saado Abdel Salam mengubah rencana sang pelatih.

Sandouqa pun memanggil Bahdari untuk memperkuat lini belakang tim asuhannya. Dua pilar senior lainnya juga sama-sama berstatus sebagai pemain darurat.

Hamadi ternyata dipanggil belakangan setelah sang pelatih tak kunjung yakin memberi status kiper utama kepada dua anak muda Naim Abuaker serta Ramzi Fakhouri.

Adapun Maraaba masuk skuat akhir setelah pemain senior yang sebelumnya dipanggil oleh Sandouqa, yakni Walid Abu Dan, tak bisa meninggalkan wilayah Gaza.

(Baca Juga: Jadi Pilar Dominasi Serangan, Febri Hariyadi dan Rezaldi Hehanussa Hapus Rivalitas Klub di Timnas U-23 Indonesia)

Hal ini jelas berbanding terbalik dengan pilar-pilar senior di kubu timnas U-23 Indonesia.

Andritany sejak awal sudah diperkirakan bakal menjadi kiper nomor satu di timnas U-23 Indonesia. Stefano Lilipaly dan Beto juga sudah diprediksi masuk tim saat menerima panggilan mengikuti pemusatan latihan tahap akhir di Bali.