Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Perubahan situasi yang sangat drastis, dari pebalap pengisi posisi depan menjadi terseok-seok di belakang, memberikan pukulan berat bagi Andrea Iannone.
Pebalap Suzuki Ecstar itu memang sempat merasakan momen terbaiknya kala membela tim Ducati pada musim 2015 hingga 2016.
Tujuh podium, dengan satu di antaranya menjadi pemenang, tentu membawa kepercayaan tinggi bagi Iannone kala pindah ke tim pabrikan lainnya.
Sayangnya rencana Andrea Iannone pada MotoGP musim 2017 tidak berjalan seperti yang direncanakan.
"Tidak mudah menerima situasi yang saya alami setelah dua tahun terakhir di MotoGP," kata Iannone dikutip BolaSport.com dari GPOne.
"Dari menjadi seorang pebalap tim pabrikan Ducati, selalu berada di depan, lalu menemukan diri saya berada di posisi ke-18 sangat tidak terduga, saya tidak siap."
(Baca Juga: Bukan Austria atau Jepang, Kemenangan Ini Jadi yang Paling Berharga Bagi Andrea Dovizioso)
Andrea Iannone bahkan menyebut hal itu sebagai pukulan berat hingga membuatnya tidak sanggup berbicara.
"Ada beberapa hari di mana saya tidak bisa berbicara sama sekali, saya hanya memikirkannya, segalanya terasa gelap," ujar Iannone.
"(Tapi) saya terus berkata kepada diri saya sendiri kalau saya harus bertahan dan memberikan yang terbaik, terlepas dari kesulitan ini."
Andrea Iannone memang mengalami masa-masa kelam di Suzuki setelah kesalahan pada pengembangan mesin motor yang digunakannya.
Hal itu membuatnya gagal tampil bagus setelah hanya dua kali finis di posisi 10 besar sebelum mendapat perbaikan pasca seri ke-14, GP Aragon.
Kini sang pebalap menatap musim 2018 dengan optimisme setelah peningkatan performa yang dialaminya pada pekan-pekan terakhir kejuaraan musim lalu.