Voli Pantai Asian Games 2018 - Putu Dini Jasita, Gempa Lombok, dan Kulit Menghitam

By Delia Mustikasari - Selasa, 28 Agustus 2018 | 08:49 WIB
Pebola voli pantai putri Indonesia Putu Dini Jasita Utami (kanan) dan Dhita Juliana (kiri) menggigit medali perunggu yang diraih usai mengalahkan tim voli Kazakhstan pada final voli pantai putri Asian Games 2018 di arena Jakabaring Sport City, Palembang, Sumsel, Senin (27/8/2018). (MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO/INASGOC)

"Dulu Bapak saya adalah pemain voli hingga tingkat Pekan Olahraga Nasional (PON). Tetapi, voli indoor di NTB tidak semaju pulau jawa," aku Dini.

Dini selanjutnya sering bermain voli di tepi pantai dekat rumahnya. Saat itu, dia masih duduk di Sekolah Dasar.

Memasuki bangku SMP, Dini mulai mengikuti kejuaraan. Saat duduk di kelas dua SMP pada 2007, ia mengikuti Porprov Voli Pantai.

Saat itu, dia masih bemain bola voli indoor dan masuk final. Setelah itu, dia mengikuti Pra PON 2007, tetapi tidak lolos.

Pada 2009, Dini masuk  Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP), Lombok. Disini dia bertemu Agus Salim, pelatih yang juga pernah menyumbang dua medali perak dan satu medali perunggu untuk Indonesia.

(Baca juga: Voli Pantai Asian Games 2018 - Pelatih Tim Putra Indonesia: Emas Harga Mati!)

Sejak saat itu ia kerap menjalani latihan dengan Agus Salim di bawah teriknya matahari dan mengikuti berbagai kejuaraan nasional dan internasional

Ketika ditanya apakah takut kulit menghitam, Dini dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Saya sudah suka dengan olahraga voli pantai dan ini sudah menjadi olahraga pilihan saya. Jadi, saya tidak takut menjadi hitam. Saya tak menjalani perawatan khusus. Yang penting, rajin mencuci muka saja ha-ha-ha," kata Dini sambil tertawa.

Ke depan, Dhita/Dini diharapkan bisa menyumbang medali emas pada SEA Games dan lolos kualifikasi Olimpiade.