GO-JEK Liga 1 2018 Masuk Nominasi Penghargaan AFC-SPIA 2018, Berkah Kompetisi Ketat dan Berkualitas

By BolaSport - Rabu, 17 Oktober 2018 | 13:40 WIB
Aksi bek Sriwijaya FC, Bio Paulin Pierre, menyundul bola dan berduel udara dengan Bojan Malisic dalam pertandingan Liga 1 melawan Persib Bandung. (PT LIB)

 Sepak bola Indonesia mulai diakui di kancah internasional. Baru-baru ini, Federasi Sepak bola Asia (AFC) bersama Sport Industry Awards (SPIA) menyertakan GO-JEK Liga 1 2018 sebagai salah satu dari 10 kandidat peraih penghargaan Best Developing Football League of the Year 2018.

Negara-negara lain yang liga domestiknya masuk nominasi kategori ini yaitu Bhutan, Filipina, Guam, India, Kirgistan, Singapura, Tajikistan, Vietnam, dan Yordania.

Penilaian AFC dan SPIA berdasarkan 11 poin, di antaranya manajemen, administrasi, finansial, kompetisi, promosi, dan komunikasi-publikasi.

Nantinya, AFC dan SPIA akan merampingkan nominasi menjadi tiga nomine untuk menerima undangan resmi serta menghadiri acara puncak bertajuk SPIA Conference & Awards 2018 yang akan berlangsung di Bangkok pada 19-20 November mendatang. 

Baca juga:

Liga 1 memang memperlihatkan kemajuan signifikan dalam berbagai aspek, terutama penerapan kebijakan strategis yang berdampak langsung kepada peningkatan kualitas kompetisi, terutama musim ini.

Bahkan GO-JEK Liga 1 2018 bisa mengklaim sebagai kompetisi domestik paling ketat dalam sejarah.

Ada beberapa indikator pendukung klaim ini. GO-JEK Liga 1 2018 tinggal sembilan pekan lagi, tapi tanda-tanda klub mana yang menjadi kandidat terkuat juara di akhir musim sama sekali belum bisa terlihat secara jelas.

Mengapa begitu? Tentu saja karena jarak poin antarklub amat rapat. Klub mana pun dapat terjun bebas atau melesat jauh setiap pekannya tergantung hasil terkini yang mereka peroleh.

Tak ada jaminan klub papan atas bisa dengan mudah menggilas penghuni papan bawah. 

Ambil contoh kasus terbaru saat PSIS Semarang selaku langganan zona degradasi musim ini sukses mengalahkan Barito Putera yang notabene salah satu tim kuat pada Sabtu (13/10/2018).

Terdapat tiga alasan besar yang mendasari kesimpulan bahwa GO-JEK Liga 1 2018 merupakan kompetisi paling ketat dalam sejarah (selama menggunakan format 18 klub).

Data-data ini berdasarkan perhitungan di paruh musim alias sekitar pertengahan Juli silam.

Pertama, perolehan poin juara paruh musim ini, Persib Bandung (29), ialah yang terendah sepanjang sejarah penggunaan format 18 klub di Liga Indonesia.

Rekor itu masih lebih rendah dari Persipura Jayapura 2013 (41), Persipura 2008/09 (39), Arema 2009/10 (36), Sriwijaya FC 2011/12 (36), PSM Makassar 2003 (35), dan Madura United 2017 (32).


Aksi bintang Barito Putera, Douglas Packer (kanan), dalam partai Liga 1 melawan Persipura Jayapura.(PT LIB)

Alasan berikutnya yaitu jarak rapat antara peringkat teratas dengan terbawah.

Persib (1) dan PSMS Medan (18) hanya berselisih 11 poin, lebih baik dari Sriwijaya-Arema 2011/12 (22), Arema-Pelita Jaya 2009/10 (23), Madura United-Persegres GU 2017 (25), Persipura-Deltras 2008/09 (29), Persipura-Persija 2013 (29), dan PSM-Deltras 2003 (30).

Baca juga: Rangkuman Hasil Transfer Paruh Musim Liga 1 2018, Persib Bandung Tak Banyak Berbenah

Terakhir, GO-JEK Liga 1 2018 berstatus paling ketat sepanjang masa karena semua klubnya sudah meraih kemenangan tanpa terkecuali pada pekan ke-6.

Catatan itu setara dengan edisi 2013 dan lebih baik daripada 2017 (pekan ke-9), 2009/10 (pekan ke-10), 2011/12 (pekan ke-10), 2008/09 (pekan ke-11), plus 2004 (pekan ke-12).

“Persaingan GO-JEK Liga 1 tahun ini sangat ketat. Hampir mustahil memenangi tiga laga secara beruntun karena setiap klub bisa saling mengalahkan satu sama lain," kata pelatih Barito Putera, Jacksen F. Tiago, beberapa waktu lalu.

"Tidak ada kesempatan untuk bersantai bila ingin meraih prestasi di pengujung musim,” ucapnya.