Dele Alli Versus Real Madrid, Coming of Age Party Si Anak Kemarin Sore

By Firzie A. Idris - Kamis, 2 November 2017 | 18:44 WIB
Gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli, memberi tepuk tangan kepada para suporter seusai kemenangan 3-1 lawan Real Madrid di laga Grup H Liga Champions 2017-2018 di Stadion Wembley, London, pada 1 November 2017. (BEN STANSALL/AFP)

Sejauh hasil-hasil Liga Champions datang menghampiri, kemenangan 3-1 Tottenham atas Real Madrid  pada Kamis (2/11/2017) bisa mendefinisikan kemajuan klub tersebut di era modern.

Hasil tersebut bisa jadi pesta coming of age Tottenham Hotspur di sepak bola antarklub Eropa.

Tottenham meraih mungkin hasil terbaik sepanjang sejarah klub dengan mendominasi juara bertahan Liga Champions, Real Madrid.

Ingat, kita tidak membicarakan kedua klub Manchester atau Chelsea dan Liverpool.

Ini Tottenham, klub yang berada di bawah bayang-bayang Arsenal selama era Premier League.

Dele Alli menjadi bintang Tottenham dengan dua golnya di Stadion Wembley.

Gol kedua Alli bahkan sampai membuat megabintang Madrid, Cristiano Ronaldo, tertangkap kamera geleng-geleng kepala.

Penampilan Alli di lapangan tengah Spurs malam itu menjadi satu lagi torehan emas sang pemain dalam perjalanan menuju super stardom.

Apalagi, BBC mempunyai rekaman video kala Alli melakoni debutnya bagi MK Dons di ajang Piala FA lima tahun silam.

Genre tersebut datang dari literatur Bildungsroman, novel-novel yang menceritakan tentang tahun-tahun pembentukan seorang protagonis, biasanya remaja pria, untuk menemukan jati diri dan arti hidup.

Literatur Bildungsroman yang wajib dibaca salah satunya The Catcher in the Rye (1951) oleh JD Salinger.

Di dunia sinema, film terkini genre tersebut adalah Spider Man: Homecoming (2017) dengan serial Harry Potter merupakan contoh paling sukses sebuah genre coming of age.

Namun, favorit saya sepanjang masa di genre ini adalah film garapan Steven Spielberg yang diperankan oleh Christian Bale muda, Empire of the Sun (1987).

Film drama perang tersebut menceritakan tentang perjuangan Jim Graham cilik, seorang anak dari keluarga kaya Inggris di Shanghai yang menjadi tahanan perang tentara Jepang pada Perang Dunia II.

Spurs yang kian dewasa

Sebagai klub, skuat muda Spurs juga terus berkembang dewasa dengan mereka menjalani story arc sekolosal film tersebut.

Spurs tidak beroperasi dalam kemewahan klub-klub seperti Manchester City dan Manchester United.

(Baca Juga: Anti Mainstream! Bepe Jatuh Cinta dengan Newcastle United karena Pemain Ini)

Dalam lima tahun terakhir, mereka kehilangan mungkin dua aset terbaik klub di era modern, Luka Modric dan Gareth Bale.

Pun, Mauricio Pochettino bekerja dalam keterbatasan finansial.

Kita pasti masih ingat meme beberapa minggu lalu yang mengatakan bahwa gaji bek tangguh Toby Alderweireld hanya setengah bek Liverpool, Dejan Lovren.

Musim panas lalu, Alderweireld dikabarkan enggan teken kontrak baru di Spurs dengan angka di bawah 100 ribu pounds/pekan.


Bek Tottenham, Toby Alderweireld, beraksi pada laga Liga Inggris kontra Chelsea di Stadion Wembley, London, Inggris pada 20 Agustus 2017.(BEN STANSALL/AFP)

Beruntung bagi Spurs, Dele Alli telah menandatangani kontrak senilai 50 ribu pounds per pekan September tahun lalu.

Namun, kemungkinan masih sangat terbuka baginya untuk meninggalkan London Utara.

Bandingkan jumlah ini dengan pendapatan kolega seangkatan sang pemain di timnas, Raheem Sterling, yang mendapat empat kali lipatnya di Manchester City.

Jangan lupa juga, musim ini mereka harus mengungsi dari rumah mereka ke Stadion Wembley, kandang baru yang musim lalu menjadi neraka bagi performa tim.

(Baca Juga: Komentar Peri Sandria Setelah Rekor Miliknya Dipecahkan oleh Sylvano Comvalius)

Di tengah segala keterbatasan, Tottenham menunjukkan taring dan kegigihan tinggi.

Ini mungkin faktor terpenting dari sebuah coming of age story yang kaya akan bobot emosional.

Proses pembelajaran tidak datang dalam balutan kemewahan melimpah.

Menjadi dewasa tidak mudah, penderitaan dan rasa sakit merupakan perjuangan yang harus kita semua tempuh.

Representasi kesulitan-kesulitan tersebut biasa menjadi plot utama film di genre itu.

Peter Parker versi Tom Holland belajar menjadi individu bertanggung jawab dan dewasa setelah Tony Stark mengambil kembali suit Spiderman-nya yang super canggih.

Pun, karakter Christian Bale di Empire of the Sun harus melihat kemewahan yang ia rasakan sepanjang hidup direnggut tiba-tiba.

Ia belajar menjadi dewasa di sebuah kamp tahanan Jepang tanpa kedua orang tuanya. 

Kembali ke Spurs. Kisah mereka tentu masih jauh dari usai.

Kemenangan-kemenangan di fase grup Liga Champions sejauh ini memang spesial.

Akan tetapi, sejarah sepak bola akan terbentuk di babak knock out Liga Champions. Di situlah arena hidup mati bintang-bintang terbesar sepak bola dunia.

Pochettino sendiri sudah mengungkapkan bahwa tantangan akan makin besar dalam bulan-bulan ke depan.

"Tentu saja, kemenangan lawan Madrid membawa konsekuensi tersendiri. Kami menjadi lebih terekspos dan semua orang di Eropa pasti akan melihat laga tersebut," ujarnya seperti dikutip BolaSport.com kepada ESPN FC.

Alhasil, perjalanan Spurs pun masih akan menemui ujian-ujian lanjutan.

Bagaimana Mauricio Pochettino, Dele Alli, dan pasukan Tottenham lain menghadapinya akan menjadi plot twist yang patut kita nantikan.