Piala Presiden, Sebuah Kerinduan akan Kejayaan

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Sabtu, 10 Februari 2018 | 08:20 WIB
Pendukung Persija Jakarta, Jakmania, membentangkan poster potret striker Persija Jakarta, Marko Simic, yang sedang menggendong salah seorang pendukung usai merayakan gol pada babak delapan besar Piala Presiden 2018 melawan Mitra Kukar di Stadion Manahan, Solo, Minggu (4/2/2018). (SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

Para pelatih juga biasanya menggunakan kesempatan ini untuk menjajal formasi dan memilih komposisi tim yang tepat guna mendapatkan starting eleven terbaik.

(Baca juga: Dari Piala Presiden untuk Rakyat Indonesia)

Tengok saja turnamen-turnamen pra-musim di luar sana.

Bahkan dalam salah satu turnamen pra-musim paling mentereng di dunia saat ini, International Champions Cup (ICC), laga yang berlangsung tak lebih dari sekadar uji coba belaka.

Laga bertajuk el clasico antara Barcelona dengan Real Madrid awal musim ini (29/7/2017) bisa menjadi contoh.

Meski laga ini sarat gengsi, namun apa yang terjadi di lapangan tak lepas dari aroma uji coba.

Bahkan pada laga itu kedua tim sama-sama melakukan 10 pergantian pemain, hanya dua kiper yang bermain penuh 90 menit.

Memberikan kesempatan pada semua pemain, mencoba taktik-taktik anyar, dan fokus pada kebugaran pemain adalah esensi dari sebuah laga pra-musim.

Namun sepertinya hal-hal tersebut tak berlaku di Indonesia.


Kiper Sriwijaya FC, Teja Paku Alam menyemangati Bio Paulin yang melakukan pelanggaran di kotak penalti saat melawan Arema FC pada laga babak 8 besar Piala Presiden 2018 di Stadion Manahan, Solo, Minggu (4/2/2018).(SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)