Egy Maulana Vikri dan Ujian Kesabaran Lechia Gdansk

By Firzie A. Idris - Minggu, 18 Maret 2018 | 22:20 WIB
Egy Maulana Vikri saat diperkenalkan ke hadapan publik Lechia Gdansk di Stadion Energa Gdansk, Polandia, Minggu (11/3/2018) ( www.instagram.com/egymaulanavikri/ )

Satu-satunya cara bagi Egy Maulana Vikri untuk mendulang respek dari para suporter fanatik itu adalah mencetak gol atau menyumbang assist.

Ia bisa melakukan hal tersebut apabila dapat mengangkat tekanan berat di pundak.

"Perlu mental yang benar-benar kuat untuk bertahan main di luar negeri. Keadaan akan berbeda jika kita sendirian," tutur Kurniawan Dwi Yulianto lagi.


Kurniawan Dwi Yulianto muda, saat mengadu nasib di Liga Italia.(The-AFCcom)

Kurniawan mungkin kesepian karena ia tak perlu menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para pesepak bola di dunia modern, yakni hyperconnectivity dunia digital di mana masyarakat terikat dalam sebuah networked society.

Semua tindakan Egy di sosmed akan dikuliti oleh para netizen, komentar baik dan buruk bercampur dalam sebuah ladang ranjau informasi digital.

Terakhir, Egy dituntut bermain maksimal di kota yang terletak di tepi Laut Baltik dengan suhu pada Sabtu (17/3/2018) sore pukul 15.00 WIB mencapai minus dua derajat celcius.

Bahkan, rataan suhu Gdansk per bulan berkisar dari minus 3 derajat celcius pada Januari hingga paling hangat 15-16 derajat celcius pada Juni-Juli, saat kompetisi tengah berhenti.

Tujuh tahun lalu, saya pernah mengantar seorang pemain muda berbakat Tanah Air untuk melakukan seleksi di Nike Academy di London pada bulan Januari.

Sayang, permainan maksimalnya tidak keluar karena anak malang itu terlihat sekali kedinginan di tengah terpaan angin bersuhu di bawah 0 derajat celcius.

"Saya tak bisa merasakan kaki-kaki saya," tutur sang pemain ketika itu.

Singkat kata, transfer Egy Maulana Vikri ke Lechia Gdansk merupakan persimpangan jalan, bukan hanya bagi klub tetapi juga bagi sang pemain.

Jalan masih panjang, baik bagi Egy dan untuk Lechia Gdansk sendiri.

Mari kita biarkan waktu yang menjawab, tentunya dengan tetap mendukung mungkin talenta terbaik Merah Putih dalam satu dekade terakhir ini.