Menuju Piala Dunia 2018, Sebuah Impian Masa Kecil

By Ibnu Agung Mulyanto - Senin, 23 April 2018 | 21:05 WIB
Pemain Italia, Marco Tardelli, berduel dengan bek Jerman Barat, Paul Breitner, di final Piala Dunia 1982, 11 Juli 1982 di Madrid, Spanyol. (AFP PHOTO STAFF/AFP)

Saya pun menang taruhan dari kakak yang sejak dulu konsisten membela Tim Panser Jerman (Barat).

Tim favoritnya yang dibintangi Karl Heinz Rummenigge dihajar 1-3 oleh kegemilangan Paolo Rossi, Marco Tardelli, dan Alessandro Altobelli di kubu Italia pada partai fonal.

Kenangan itu benar-benar membekas. Sejak saat itu, saya tidak pernah absen mengikuti secara seksama pesta sepakbola dunia empat tahunan ini.

Tim yang saya bela di Piala Dunia juga terus terang berganti-ganti.

Di dekade 1980-an saya memegang Italia, pada awal dekade 1990-an ganti ke Belanda karena terpesona Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard.

Akhirnya mulai pertengahan 1990-an sampai sekarang menggantungkan harapan ke Inggris, yang berkali-kali berakhir pada kekecewaan.

Kalau tidak kalah dalam adu penalti di perempat final, malah tidak lolos dari fase grup. Terkadang terpikir: Inggris menang tenar doang.

Begitulah cerita romantika saya dengan Piala Dunia. Karenanya, segera setelah mendapatkan pesan 'kompor' dari Ubai itu, saya langsung berketetapan hati dan memutuskan destinasi liburan keluarga tahun 2018 ini adalah Rusia!

Alhamdulillah saya diberi keleluasaan rezeki. Alhamdulillah juga masih bisa mendapatkan tiket murah untuk saya, istri, dan anak-anak untuk berangkat.

Insya Allah mulai minggu ini, saya setiap hari Senin akan mengirim tulisan dengan tema 'Menuju Piala Dunia 2018'.

Doakan semoga istiqomah untuk menulis dan persiapan menyaksikan babak akhir di putaran final Piala Dunia nanti selalu lancar.