Sadio Mane, Korban Lionel Messi dalam Borok Popularitas UEFA

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Selasa, 29 Mei 2018 | 18:15 WIB
Pemain Liverpool FC, Sadio Mane, merayakan gol yang dia cetak ke gawang Spartak Moskva dalam laga Grup E Liga Champions di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, pada 6 Desember 2017. ( PAUL ELLIS/AFP )


Pemain Liverpool FC, Sadio Mane (kiri), merayakan gol yang dia cetak ke gawang FC Porto dalam laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Do Dragao, Porto, Portugal, pada 14 Februari 2018. (FRANCISCO LEONG/AFP )

Belum lagi dua gol menentukan Mane pada babak semifinal kontra Roma, tim yang sama sekali tak berhasil dibobol oleh Messi musim ini.

Lalu Mane kurang apa?

Kurang populer, mungkin.

Bisa juga Mane belum punya sejarah sebaik Messi di Liga Champions?

Memang benar, Messi sudah jadi legenda dalam kompetisi ini dengan gol-gol dan gelar yang ia dapatkan, tapi bukankah seharusnya penilaian hanya didasarkan pada performa musim ini?

UEFA mungkin tak ingin meninggalkan “dewa sepak bola” dari daftar terbaik mereka, karena ya dewa kan identik dengan yang terbaik. Masa’ ditinggal?

Atau mungkin mereka ingin mencegah kemarahan para penggemar Barcelona yang bisa ngamuk kalau pemain terbaik mereka sepanjang sejarah tak ada disana.

Atau UEFA sekadar tak ingin kehilangan muka dengan tak membawa Messi yang sudah dianggap banyak pihak sebagai pemain terbaik sepanjang sejarah sepak bola.

Bisa anda bayangkan bagaimana reaksi publik ketika tak ada nama pemain terbaik dunia sepanjang sejarah dalam daftar pemain terbaik musim ini padahal ia bermain di kompetisi tersebut?