Prancis dan Jerman Beragam demi Prestasi, Indonesia (Jangan) Terpecah karena Pilpres dan Jalan Tol!

By Andrew Sihombing - Jumat, 15 Juni 2018 | 17:32 WIB
Pesta timnas Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014 setelah mengalahkan Argentina 1-0 di partai final di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil, 13 Juli 2014. (FABRICE COFFRINI/AFP)

Le Pen bahkan menyebut beberapa anggota skuat tidak layak mengenakan kostum kebesaran Prancis, terutama mereka yang tidak menyanyikan lagu kebangsaan negara di pertandingan.

Bagaimana rakyat Prancis kemudian menyikapinya? Ya itu tadi, bergembira bersama-sama tanpa memikirkan asal-usul dan perbedaan satu sama lain.

Bahkan banyak masyarakat Prancis sampai berteriak: "Pilih Zidane jadi presiden".

"Pada akhirnya, kami sama-sama orang Prancis dan kami berjuang demi bendera yang sama. Hal ini membawa semangat positif bagi seluruh negeri," ucap Desailly.

***

Di sisi lain, orang Jerman pasti tahu betul apa yang dirasakan warga Prancis 20 tahun silam itu.

Kala menjuarai Piala Dunia 2014, Jerman memetik hasil dari kebijakannya menjangkau kantung-kantung komunitas imigran di negerinya lewat sepak bola.


Dua calon pemain andalan Timnas Jerman, Timo Werner (kedua dari kiri) dan Mesut Oezil (tengah), serius mempersiapkan diri dalam latihan perdana menjelang Piala Dunia 2018 di Pusat Olahraga CSKA di Vatutinki, Moskow, Rabu (13/6/2018).(HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA)

Bertahun-tahun sebelumnya mungkin sulit membayangkan orkestrasi permainan Tim Panser dipimpin seorang Muslim berdarah Turki dalam diri Mesut Oezil, betapa gelandang Jerman totok seperti Bastian Schweinsteiger bisa begitu padu dengan pemain keturunan Turki macam Sami Khedira, atau pemain dengan garis keturunan Ghana seperti Jerome Boateng atau berdarah Albania macam Shkodran Mustafi bisa dipercaya mengawal lini belakang timnas.

(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Lengkap Grup E, Brasil Punya 1 Musuh Berat)