Menanti Kejutan Bima Sakti bersama Timnas Indonesia di Bangkok

By Weshley Hutagalung - Rabu, 14 November 2018 | 18:22 WIB
Pelatih timnas Indonesia, Bima Sakt,i memeluk bek Fachrudin Aryanto seusai skuat Garuda menang atas Timor Leste pada laga kedua Grup B Piala AFF 2018 di SUGBK, 13 November 2018. (FERI SETIAWAN/SUPERBALL.ID)

Tim nasional Indonesia telah melakoni dua laga di Grup B Piala AFF 2018. Hasil dan cara bermain Tim Garuda menjadi sorotan. Begitu pula peran pelatih timnas, Bima Sakti.

Jumat, 9 November 2018, di Singapura. Timnas Indonesia melakoni laga pertama sebagai tim tamu. Hasilnya kekalahan 0-1 dari Singapura.

Pada hari yang sama, Thailand bertindak sebagai tim tamu melawan Timor Leste. Hanya, lokasi pertandingan di Stadion Rajamalanga, Bangkok. Hasilnya kemenangan 7-0 untuk "tim tamu".

Timor Leste memang tidak bisa menggelar laga kandang di Stadion Dili Municipal akibat kondisi lampu stadion yang tidak memenuhi persayaratan.

Selasa, 13 November 2018. Timnas Indonesia kembali berlaga menjamu Timor Leste di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Kali ini, hasilnya lebih baik walau cara mendapatkannya masih menjadi catatan penting.

(Baca Juga: Andik Vermansah Sebut Permainan Timnas Indonesia Tidak Enak Dilihat Saat Jumpa Timor Leste)

Skor kemenangan 3-1 didapat atas Timor Leste tidak dengan permainan yang mengingatkan kita kepada timnas Indonesia yang berlaga di Asian Games 2018.

Ketika timnas Indonesia berjuang mendapatkan 3 poin atas Timor Leste, para pemain Thailand bisa duduk santai menonton aksi Hansamu Yama dkk.

Sabtu, 17 November 2018. Timnas Indonesia kembali beraksi di laga ketiga Grup B. Kali ini menghadapi tuan rumah Thailand di Stadion Rajamangala, Bangkok.

Ada beberapa catatan penting yang perlu dicermati pendukung timnas Indonesia sebelum laga.

Faktor fisik sangat berperan dalam turnamen dengan waktu singkat.

Ingat, pemain Thailand tidak melakoni perjalanan jauh dan menginap di negara lain untuk menjalani laga tandang menghadapi Timor Leste.

Mereka juga punya waktu istirahat lebih lama ketimbang pasukan Garuda Merah Putih karena tidak bertanding pada Selasa (13/11/2018).


Jersey resmi timnas Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018 ( foxsportsasia.com )

Faktor lain, mari cermati permainan timnas yang kita cintai.

Melawan Singapura, Evan Dimas dkk terlihat sulit sekali mendekati gawang lawan.

Selain garis pertahanan Singapura yang lebih ke tengah, pasukan Fandi Ahmad sangat disiplin menjalankan taktik mengunci area permainan.

Pemain kita tak dibiarkan leluasa mengontrol bola. Tak ada waktu yang cukup untuk berpikir kreatif ketika bola ada dalam penguasaan.

Hanya satu tembakan yang tepat sasaran dalam 2 x 45 menit memperlihatkan daya ledak tim nasional Indonesia yang melempem dan sulit keluar dari tekanan lawan.

Kekalahan 0-1 tentu tidak mengenakkan, namun harus diterima karena hasil permainan kita. Realistis.

Pergerakan sayap-sayap timnas tidak berkembang karena duet gelandang, Evan Dimas dan Zulfiandi, sama sekali tidak diberikan ruang untuk bergerak mengembangkan permainan yang mereka inginkan.

(Baca Juga: Bima Sakti Tak Garansi Pemain Senior Saat Timnas Indonesia Dijamu Thailand)

Tugas Stefano Lilipaly untuk mendampingi Alberto Goncalves alias Beto tidak berjalan maksimal. Kabarnya, kondisi Lilipaly malam itu tidak dalam kebugaran optimal.


Dua pemain timnas Indonesia, Alberto Goncalves dan Stefano Lilipaly saat menghadapi timnas Timor Leste, pada laga kedua fase Grup B Piala AFF 2018, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (13/11/2018).(FERI SETIAWAN/SUPERBALL.ID)

Menghadapi Timor Leste, coach Bima Sakti berani melakukan perubahan signifikan dalam posisi starting line-up.

Enam perubahan posisi starter terjadi dibanding laga melawan Singapura.

Saya paham, perubahan ini tak melulu karena "rapor" beberapa pemain ketika melawan Singapura. Ada juga aspek strategi bersiap menghadapi Thailand.

Bima Sakti tentu ingin sejumlah pemain yang diplot sebagai "kunci" dalam kondisi bugar untuk menghadapi Thailand yang punya waktu istirahat 8 hari sejak mengalahkan Timor Leste 7-0.

Sebagai pelatih yang dituding minim pengalaman karena belum pernah menangani klub di kompetisi resmi, di pundak Bima Sakti ada harapan masyarakat Indonesia yang haus prestasi.

Status 5 kali runner-up Piala Tiger/AFF sungguh ingin ditambahkan dengan satu gelar juara.

Malaysia (2010) dan Vietnam (2008) sudah pernah juara, masak Indonesia dengan jumlah pemain sepak bola jauh lebih banyak dari kedua negara itu berstatus runner-up doang?

Thailand, dengan 5 gelar juara, jelas bukan lawan yang mudah untuk dibekap di hadapan pendukung mereka.

Akan tetapi, Thailand juga bukan tim super duper yang pertahanannya tidak bisa digempur.

Kemenangan telak 7-0 Thailand atas Timor Leste punya catatan kelemahan yang bisa dioptimalkan Bima Sakti dan pasukannya.

Bukankah pemain Timor Lesta sanggup melepaskan 13 tembakan ke pertahanan Thailand?

Sebanyak delapan upaya pemain Timor Leste itu bahkan mencapai sasaran alias gawang Thailand.

Ketika melawan Indonesia, Timor Leste memang hanya kalah 1-3. Namun, gempuran mereka tak sebanyak saat menghadapi Thailand di Bangkok.

Di Stadion Gelora Bung Karno Selasa kemarin, pemain Timor Leste hanya punya 12 tembakan dan cuma 5 yang berstatus on target.

Mari lihat perbandingan sepak pojok yang didapat Timor Leste. Bila di Bangkok mereka punya 7 corner, di Jakarta hanya 5.

Walau nama Thailand seolah berarti kesulitan bagi timnas Indonesia, bukan berarti tak ada peluang bagi pasukan Bima Sakti untuk memetik hasil di Kota Bangkok pada Sabtu, 17 November 2018 pukul 18.30 WIB.

Bagaimana susunan formasi awal timnas Indonesia? Seperti apa perubahan taktik Garuda Merah Putih ketika dibutuhkan di tengah laga? Siapa pemain kejutan yang disiapkan dari bangku cadangan?


Duo timnas Indonesia, Andik Vermansah (kanan) dan Alfat Fathier merayakan gol ke gawang Timor Leste pada laga kedua Grup B Piala AFF 2018 di SUGBK, 13 November 2018. (FERI SETIAWAN/SUPERBALL.ID)

Banyak pertanyaan ditujukan kepada Bima Sakti. Semua menanti hasil timnas Indonesia di Stadion Rajamangala, Bangkok.

Masyarakat Indonesia sudah sangat rindu menunggu prestasi tim nasional yang mereka cintai. Karena Piala AFF adalah ajang terdekat dan paling masuk akal untuk dijuarai seperti halnya SEA Games, sebelum melirik kompetisi yang lebih tinggi, Piala Asia, Olimpiade, atau Piala Dunia.