Liverpool Vs Everton - Divock Origi Jadi Pahlawan The Reds dengan Gol Tak Terduga di Menit Akhir Laga

By Dimas Wahyu Indrajaya - Senin, 3 Desember 2018 | 01:43 WIB
Striker Liverpool, Divock Origi, berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Everton dalam laga lanjutan Liga Inggris di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, pada Minggu (2/12/2018). (TWITTER.COM/LFCFRANCE)

Namun striker Liverpool berusia 23 tahun, Divock Origi, yang masuk pada menit 83 menggantikan Roberto Firmino keluar menjadi pahlawan.

Berawal dari sepakan jarak jauh Virgil van Dijk, bola melambung dan mengenai mistar gawang Everton.

Pickford terkecoh, karena bola yang menyentuh mistar memantul kembali ke depan gawangnya.

Bola liar langsung disambut Origi dengan sundulan yang sudah siaga berdiri di depan Pickford, skor pun menjadi 1-0 pada menit 90'+5.

Kemenangan tersebut menjadi hal positif bagi The Reds karena memperkecil jarak menjadi dua poin dari Man City yang juga meraih kemenangan 3-1 atas Bournemouth sehari sebelumnya.

Liverpool 1-0 Everton (Divock Origi 95'+5)

Liverpool (4-2-3-1): 1-Alisson; Trent Alexandre-Arnold, 12-Joe Gomez, 4-Virgil van Dijk, 26-Andrew Robertson; 5-Giorginio Wijnaldum, 3-Fabinho, 23-Xherdan Shaqiri, 9-Roberto Firmino, 10-Sadio Mane; 11-Mohamed Salah

Cadangan: 15-Daniel Sturridge, 8-Naby Keita, 27-Divock Origi, 22-Simon Mignolet, 32-Joel Matip, 18-Alberto Moreno, 7-James Milner

Pelatih: Juergen Klopp

Everton (4-4-1-1): 1-Jordan Pickford; 12-Lucas Digne, 13-Yerry Mina, 4-Michael Keane, 23-Seamus Coleman; 20-Bernard, 17-Gueye, 8-Andre Gomes, 11-Theo Walcott; 10-Gylfi Sigurdsson, 30-Richardson

Cadangan: 29-Calvert-Lewin, 31-Ademola Lookman, 5-Kurt Zouma, 22-Marten Stekelenburg, 14-Cenk Tosun, 3-Leighton Baines, 26-Tom Davies

Pelatih: Marco Silva

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on