Getaran gempa ringan ini direkam oleh seismograf atau alat pengukur gempa yang dipasang mahasiswa geologi Universitas Leicester.
Alat tersebut ditanam di halaman sebuah sekolah yang terletak dekat stadion sebelum laga berlangsung.
Ketua penelitian, Richard Hoyle, mengonfirmasi gol penentu dari Leonardo Ulloa memicu aktivitas seismik di sekitar area tersebut.
Magnitudo gempa dengan kekuatan itu setara dengan daya hancur sebuah granat tangan besar.
"Data menunjukkan ada korelasi kuat antara waktu terciptanya gol Leicester dengan kemunculan sinyal seismik. Alat kami mengukur gempa kecil yang dihasilkan oleh energi mendadak yang dilepaskan fans Leicester saat merayakan gol," ucap Hoyle kepada Guardian.
Tim penelitian itu melanjutkan pengukuran mereka terhadap produksi aktivitas seismik di sekitar markas Leicester.
Mereka bahkan mengukur getaran yang terjadi dalam duel kandang The Foxes saat melawan West Bromwich Albion (1/3/2016).
Hasilnya, gempa kecil berkekuatan 0,1 magnitudo tercatat ketika Danny Drinkwater mencetak gol penyeimbang skor 1-1 buat tuan rumah.
Kekuatan karena gempa ringan ini jelas jauh bila dibandingkan dengan efek gempa dahsyat di Mexico City, September 2017.
Ketika itu, bumi bergoncang dengan magnitudo 7,1 di Ibu Kota Meksiko dan menghancurkan bagian stadion terbesar negara itu, Azteca.
Saat bencana terjadi, beton bagian atap stadion sampai bergoyang seperti plastik tertiup angin.
Akibatnya, muncul keretakan besar dan memaksa partai bergengsi Piala Meksiko antara Cruz Azul dan America ditunda.
Secara keseluruhan, bencana mengerikan itu menelan korban jiwa 300 orang lebih.