Polemik Sistem Skor Bulu Tangkis di Tengah Gempita Piala Thomas dan Uber 2018

By Any Hidayati - Kamis, 24 Mei 2018 | 10:22 WIB
Presiden BAM, Datuk Seri Norza Zakaria (kanan), dan COO Asosiasi Bulu Tangkis Asia, Kenny Goh, saat menghadiri konferensi pers. (NST)

Jelang bergulirnya Piala Thomas dan Uber 2018, keputusan pembatalan sistem 11x5 bak oase di tengah padang pasir.

Sejak awal musim kompetisi 2018, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) melakukan berbagai inovasi mulai dari perubahan nama turnamen hingga sistem skor.

Namun, tak sedikit inovasi tersebut yang ditentang baik oleh pemain maupun pelatih bulu tangkis dunia.

Salah satu aturan baru yang cukup menyita berhatian adalah perubahan sistem skor dari 21x3 menjadi 11x5.

Pemain elite dunia seperti Viktor Axelsen (Denmark) serta kepala pelath Jepang, Park Joo-bong, secara lugas menolak ide tersebut.

(Baca Juga: Susy Susanti Anggap Sistem Poin 11 x 5 Akan Hilangkan Seni Pertandingan Bulu Tangkis)

Negara dengan tradisi bulu tangkis yang kuat seperti Indonesia, China, Korea Selatan, dan Malaysia pun kompak menolak gagasan perubahan sistem skor.

Akhirnya pada Sabtu (19/5/2018), keputusan pembatalan sistem baru tersebut ketok palu karena kurang cukup banyak dukungan.

Kepala operasional Asosiasi Bulu Tangkis Asia, Kenny Goh, pun angkat bicara soal ketidaksetujuannya dengan sikap sembrono BWF.


Presiden Peace and Sport, Joel Bouzou (kiri) dan Presiden BWF, Poul-Erik Hoyer (kanan). (BWFBADMINTON.COM)