Bulu Tangkis Malaysia dan Kutukan Pelatih yang Belum Terpatahkan

By Susi Lestari - Selasa, 29 Mei 2018 | 12:26 WIB
Presiden Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM), Datuk Seri Norza Zakaria, berfoto bersama dengan skuat Malaysia untuk Piala Thomas-Uber 2018. ( NST.COM.MY )

Malaysia mulai menyoroti kehadiran pelatih-pelatih bulu tangkis di dunia setelah Piala Thomas dan Uber 2018.

Pelatih asal Korea Selatan, Park Joo-bong, terlihat berseri-seri usai dinilai berhasil menangani tim Jepang.

Tim Jepang yang dibimbing oleh Park sukses mengakhiri penantian selama 37 tahun untuk merengkuh trofi Piala Uber 2018.

Sementara Rexy Mainaky yang kini melatih di Thailand juga tidak bisa menyembunyikan gurat kebahagiaannya berkat penampilan apik Ratchanok Intanon dkk pada Piala Uber 2018.

Yang unik adalah, baik Park maupun Rexy tercatat pernah menangani timnas bulu tangkis Malaysia.

Namun saat berada di Negeri Jiran, keduanya tidak bisa menghasilkan juara Piala Thomas, juara dunia, dan meraih medali emas Olimpiade.

(Baca Juga: Skuat Malaysia pada Piala Thomas 2018 Dituduh Tak Punya Semangat)

Selain fakta di atas, Malaysia semakin dibuat menderita lantaran terdapat beberapa pelatih asli Negerei Jiran yang justru meraih kesuksesan di Negara lain.

Jeremy Gan, yang pergi ke Jepang tahun lalu untuk melatih ganda campuran sukses menjadi pelatih Malaysia pertama yang menyaksikan skuatnya bisa menjadi kampiun Piala Uber 2018.

Kemudian ada Tan Kim Her yang kini di India, Wong Tat Meng di Skotlandia, dan K. Yogendran di Mauritius.

Semua pelatih Malaysia yang bekerja di luar negeri telah mencicip sedikit keberhasilan, sedangkan skuat Malaysia masih terseok-seok.

Pada Piala Thomas 2018, Malaysia ambruk pada babak perempat final, sementara tim putri tidak berhasil masuk ke babak delapan besar.

Menyikapi keadaan seperti ini, salah satu sumber anonim angkat bicara.

"Saat masih sekolah, saya ingat keluarga saya dan saya menyaksikan bagaimana tim Malaysia bisa mengalahkan tim raksasa seperti China dan Indonesia dalam perjalanan memenangkan Piala Thomas pada tahun 1992," kata sumber anonim itu dilansir BolaSport.com dari The Star.

"Sekarang, saya kembali menyaksikan di Bangkok. Dan saya merasa sangat sedih. Betapa tidak memadainya Malaysia dibandingkan dengan China, Indonesia, atau Denmark. Bahkan mereka masih tidak ada apa-apanya dengan Jepang dan Thailand," tambahnya.

(Baca Juga: Pelatih Jepang Ungkap Alasan Merombak Nomor Ganda pada Final Piala Thomas 2018)

Sumber anonim itu lantas menanyakan apa yang salah dengan bulu tangkis Malaysia.

"Jika kami salah dalam hal sistem, lantas bagaimana Malaysia bisa menghasilkan tiga peraih medali perak di Olimpiade Rio 2016? Apakah itu kebetulan?" tanyanya sekali lagi.

"Sejujurnya, saya percaya kami memiliki bakat. Sayangnya, ada cacat dalam pemilihan pelatih, pemain, hingga keputusan yang terlalu pendek hingga merusak semuanya," kata sumber anonim itu.

Kini, Malaysia pun diharapkan untuk segera melakukan perubahan, jika tidak kejayaan bulu tangkis di negeri ini akan hilang secara perlahan.