Meski Spektakuler, Penjualan Jersey Ronaldo Tak Akan Pernah Bisa Tutupi Biaya Transfer ke Juventus Karena Hal Ini

By Nina Andrianti Loasana - Minggu, 22 Juli 2018 | 12:18 WIB
Para pendukung Juventus berpose dengan seragam nomor punggung 7 bertuliskan nama Cristiano Ronaldo di depan gerai Juventus Store di Turin, 10 Juli 2018. ( ISABELLA BONOTTO/ AFP )

Juventus baru-baru ini dikabarkan mendapat keuntungan besar dari penjualan jersey pemain baru mereka, Cristiano Ronaldo.

Juventus resmi mengikat Cristiano Ronaldo dari Real Madrid dengan mahar 100 juta euro atau sekitar 1,6 triliun rupiah.

Pembayaran dapat dibayar selama dua tahun, plus komisi untuk klub yang dibela Ronaldo sebelumnya sesuai dengan aturan FIFA, yang mencapai total 12 juta euro (201 juta rupiah).

Juventus juga resmi mengikat Ronaldo selama 4 tahun yaitu hingga 30 Juni 2022.

Pemain berusia 33 tahun ini mendapatkan gaji sebesar 500 juta pouns per minggu atau 12 miliar rupiah.

Jumlah tersebut merupakan 40% dari jumlah gaji total yang harus dibayarkan Juventus pada para pemain tiap minggu.

(Baca Juga: 3 Alasan Jorginho Pilih Nomor 5 di Chelsea)

Meski demikian, banyak pihak menyangka bahwa Juventus akan bisa membayar gaji spektakuler ini hanya dengan penjualan jersey sang mega bintang.

Pasalnya, jersey resmi Ronaldo model terbaru terjual habis dalam waktu 24 jam hingga Rabu (18/7/2018).

Tak tanggung-tanggung, jersey yang sold out bahkan berjumlah 520 ribu potong!

Dalam laporan yang sama, jersey Cristiano Ronaldo diketahui berharga 120 dolar Amerika atau 1,7 juta rupiah per potongnya.

Artinya, penjualan jersey tersebut memberikan pendapatan kotor sebesar 62,4 juta dolar Amerika.

Jumlah tersebut ternyata setara dengan hampir separuh dari mahar yang harus dibayarkan Juventus untuk Real Madrid kala membeli CR7.

Namun menurut pengacara olahraga, Jake Cohen, penjualan jersey Ronaldo tak akan pernah bisa membayar biaya transfer yang dikeluarkan Juventus.

"Banyak yang mengklaim bahwa sebuah klub bisa mendapatkan kembali uang transfer marquee player melalui penjualan jersey, tapi hal ini sangat jauh dari kenyataan," ucap Cohen sebagaimana dilansir Bolasport.com dari The Independent.


Pemain baru Juventus, Cristiano Ronaldo, melambaikan tangan kepada para suporter saat tiba untuk melakukan tes medis di markas klub di Stadion Allianz, Turin, Senin (16/7/2018). ( MIGUEL MEDINA / AFP )

Menurut Cohen penjualan jersey bukanlah jenis sponsor pada umumnya, tapi merupakan kesepakatan lisensi.

Jadi pada dasarnya klub mengijinkan suatu apparel menjual logonya asal apparel tersebut membayar uang lisensi dengan jumlah tertentu.

"Klub pada umumnya akan menerima uang lisensi tersebut setiap tahun. Misalnya Manchester United menerima 75 juta pounds per tahun dari Adidas. Chelsea menerima 60 juta pounds per tahun dari Nike, dan Arsenal menerima 30 juta pounds per tahun dari Puma. Kemudian ada pula pembagian keuntungan 10-15% dari keuntungan penjualan jersey," lanjut Cohen.

Walhasil jumlah keuntungan penjualan Jersey yang diterima klub terbilang sangat kecil.

"Terlebih lagi, mendatangkan pemain bintang tak menambah pembelian jersey baru sebanyak yang orang-orang pikirkan. Yang membeli jersey pemain baru sering kali adalah orang yang terbiasa atau berencana membeli jersey dan kemudian memilih membeli jersey pemain baru daripada pemain lama," ucap Cohen lagi.

(Baca Juga: VIDEO - Gol Tendangan Bebas Suso Menangkan Milan, Bikin Kiper Lawan Cengo)

Cohen juga menambahkan klub tidak mungkin membuat sendiri jersey mereka karena mereka tak memiliki jaringan distribusi sebesar apparel kenamaan.

"Klub-klub sepak bola tidak punya akses dan sumberdaya untuk melakukan distribusi global. Bahkan klub sepak bola terbesar terbilang bisnis yang kecil jika dibandingkan dengan Nike dan Adidas. Sebagai perbandingan Pendapatan Nike selama 3 bulan masih lebih besar dari pendapatan Chelsea selama 112 tahun," tutup Cohen.