Kenangan Jadi Manusia Tercepat Asia Tenggara Menginspirasi Dirilisnya Suryo Agung Running School

By Delia Mustikasari - Selasa, 13 November 2018 | 19:44 WIB
Mantan sprinter nasional Indonesia, Suryo Agung Wibowo, berpose di kantor redaksi Juara.net di Palmerah, Jakarta, 25 Juli 2017. (DEBBY DAHLIA/JUARA.NET)

Kenangan menjadi manusia tercepat Asia Tenggara pada 13 Desember 2009 di trek New Laos National Stadium di Vientiane, Laos menginspirasi dirilisnya Suryo Agung Running School (SARS), sembilan tahun kemudian.

Saat itu, Suryo Agung membukukan catatan waktu 10,17 detik ketika tampil di final nomor lari 100 meter putra pada SEA Games 2009 yang digelar di Laos.

Raihan medali emas Suryo di SEA Games 2009 itu sekaligus menumbangkan rekor pribadinya yang tercipta pada SEA Games 2007 yang digelar di Nakhon Ratchasima, Thailand, 7 Desember 2007 dengan 10,25 detik.

Catatan 10,17 detik ini sekaligus menumbangkan rekor nasional yang dibuat Mardi Lestari pada 20 Oktober 1989 dengan torehan 10,20 detik.

"Saya sengaja me-launching Suryo Agung Running School pada 13 Desember karena saat itu tepatnya pada SEA Games Laos 2009 saya pecah rekor," kata Suryo ditemui BolaSport.com di Kawasan Gandaria, Jakarta, Selasa (13/11/2018).

Awalnya, Suryo mendirikan SARS karena gelisah melihat gerakan dasar atlet nasional yang ia temui saat menjadi pelatih strength and conditioning banyak yang salah.

Akibatnya, pelatih dari masing-masing cabang olahraga kesulitan mengembangkan bakatnya karena berkutat memperbaiki gerakan dasar tersebut.

"Kami mendirikan sekolah karena saya ingin ada semacam rapot seperti sekolah pada umumnya," aku pria kelahiran 8 Oktober 1983 itu.

"Setiap tiga bulan ada progress report. Katakanlah masuk hari ini, profilingnya seperti apa dan kami kasih treatment latihan sesuai dengan kondisi dia. Setelah tiga bulan kita lihat progressnya seperti apa," tutur Suryo.