Kejurnas Panjat Tebing 2018 - Jatim Yakin Bakal Capai Target Medali Emas

By Any Hidayati - Sabtu, 1 Desember 2018 | 17:31 WIB
Abuzar Yulianto (kiri) dan Rahmat Adi Mulyono ciptakan all Jatim finals di nomor speed klasik putra Kejurnas Panjat Tebing 2018 pada Sabtu (1/12/2018) di Kompleks Manahan, Solo. (ANY HIDAYATI/BOLASPORT.COM)

"Saingan Jawa Timur itu Jawa Tengah. Memang mereka kuat di WR, tetapi boulder Jatim lebih unggul," kata Iswara.

Pada Kejurnas Panjat Tebing 2017, Jawa Timur finis sebagai juara umum dengan membawa pulang enam medali emas, enam perak, dan satu perunggu.

Sementara itu, Jawa Tengah berada di posisi kedua dengan empat medali emas, tiga perak, dan empat perunggu.

Baca Juga:

Pada kejurnas tahun ini, Jatim untuk sementara unggul atas Jateng meski sama-sama mengoleksi empat medali emas.

"Kami akan evaluasi apa kendala-kendalanya. Bahkan berhasil (mencapai target) pun tetap akan dievaluasi," kata Iswara.

Kejuaraan Nasional Panjat Tebing 2018 di Kota Solo akan berlangsung hingga Minggu (2/12/2018) pagi dan masih menyisakan beberapa nomor pertandingan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on