Tak Sekadar Lomba Lari, Barelang Marathon 2018 Juga Diharapkan Bisa Mengatrol Dunia Pariwisata Indonesia

By Doddy Wiratama - Minggu, 2 Desember 2018 | 13:36 WIB
Kepala Bidang Pemasaran Area II Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Kiagoos Irvan Faisal seusai melepaskan ribuan peserta pelari di Jembatan 1 Barelang, Minggu (2/12/2018). (ROMA/TRIBUNBATAM.ID)

Tak sekadar kompetisi lari, ajang BP Batam-Barelang Marathon 2018 ternyata juga sangat membantu meningkatkan kunjungan wisatawan macanegara (wisman) ke Indonesia.

Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Bidang Pemasaran Area II Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Kiagoos Irvan Faisal.

Ditemui di tengah-tengah pelepasan peserta Barelang Marathon 2018, Minggu (2/12/2018), Irvan mengurai target kunjungan wisman ke Indonesia, terutama ke wilayah Kepulauan Riau dan sekitarnya, dalam periode 2018.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

IT'S THE DAY! WELCOME TO BARELANG MARATHON 2018 don't forget to take your moment and tag us

A post shared by Barelang Marathon (@barelangmarathon2018) on

Menurut Kiagoos Irvan Faisal, Kepri ditarget untuk mendatangkan 2,5 juta wisman dari total 17 juta orang yang ditargetkan pemerintah Indonesia secara keseluruhan.

Masih menurut Irvan, Kepri sendiri merupakan pintu masuk wisman terbesar ketiga di Indonesia setelah Bali dan Jakarta.

Baca Juga:

Irvan pun menilai jika ajang seperti BP Batam-Barelang Marathon 2018 ini juga mampu menarik wisman untuk datang ke Tanah Air.

"Kegiatan ini sangat baik untuk batam. Pesertanya cukup banyak, apalagi acara dibuat di ikon Kota Batam," kata Irvan dikutip BolaSport.com dari Tribun Batam.

"Kementerian Pariwisata sangat mendukung kegiatan ini karena Kepri ditarget menggaet 20 persen kunjungan wisman ke Indonesia," katanya melanjutkan.

Kiagoos Irvan Faisal yakin dengan banyak event sport tourism seperti BP Batam-Barelang Marathon 2018 ini, maka target kinjungan wisman ke Indonesia itu bisa tercapai.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on