Musim Panas Tersulit, Akankah Simeone Tetap Berpakaian Serba Hitam?

By Mukhamad Najmul Ula - Minggu, 7 Juli 2019 | 06:41 WIB
Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, merayakan kesuksesan timnya menjuarai Piala Super Eropa 2018. ( BOBBY ARIFIN/TABLOID BOLA )

BOLASPORT.COM - Diego Simeone telah membangun kekaisaran di Atletico Madrid, yang secara mengagumkan bercokol di deretan atas sepak bola Eropa delapan musim belakangan.

Liga Spanyol sudah lama dikenal sebagai perlombaan dua kuda pacu, tetapi sejak Diego Simeone datang, para petaruh setidaknya bisa menjagokan satu tim lagi selain Real Madrid dan Barcelona.

Selama tujuh musim penuh dikemudikan Simeone, Los Cholchoneros paling bontot menempati posisi tiga sebanyak empat kali.

Catatan runner-up dua kali diraih dalam dua musim belakangan. Adapun catatan tertinggi di liga, semua orang tahu, yakni pada 2013-2014 saat menggondol gelar juara.

Simeone sadar timnya tak mampu menandingi otot finansial dua rival utama di liga atau bahkan dengan raksasa lain di negeri seberang.

Meski begitu, ia memanfaatkan otot (secara literal) para pemainnya, fisik, dan daya tahan mereka untuk menyajikan sepak bola kolot yang berbasis pertahanan gerendel.

Jenama Cholismo bahkan melekat pada para pemainnya: bertahan, bermain agresif, dan menyerang balik.

Atletico di bawah Simeone tak pernah menjadi tim dengan permainan terindah. Dengan militansi Cholismo, Diego Godin dan kawan-kawan tak mendewakan penguasaan bola.

Alih-alih, dalam banyak laga ketika musuh dianggap lebih kuat, mereka lebih banyak menunggu di belakang bola, mengintai ruang di pertahanan lawan, mempertahankan kompaksi, dan menghukum lawan bila saatnya tiba.