Termasuk Klub yang Dibela Saddil, Utang Klub Malaysia Sampai 21 Miliar

By Estu Santoso - Senin, 5 Agustus 2019 | 09:00 WIB
Aksi pemain Pahang FA asal Indonesia, Saddil Ramdani (kanan) yang mencoba melewati pilar Penang FA pada laga pertama Piala Malaysia 2019 di Stadion Darul Makmur, Kuantan, 3 Agustus 2019. (FACEBOOK.COM/OFFICIALPAHANGFA)

BOLASPORT.COM – Klub sepak bola pro Malaysia memiliki tunggakan uang sampai 21 miliar rupiah dan salah satunya adalah tim yang kini dibela Saddil Ramdani.

Klub yang dibela Saddil Ramdani di Malaysia, Pahang FA bersama tim yang lain memiliki utang 6,4 juta ringgit Malaysia atau setara 21 miliar rupiah.

Asosiasi Pesepakbola Profesional Malaysia (PFAM) telah mengungkapkan, bahwa beberapa klub sepak bola di negara itu masih memiliki tunggakan gaji hingga total 6,4 juta ringgit Malaysia.

Kepala Eksekutif PFAM, Izham Ismail mengatakan, insiden itu adalah simbol kegagalan tata kelola profesional di antara klub-klub di Liga Malaysia.

Dia juga percaya bahwa jika masalah ini bagian kegagalan dari industri sepakbola negara itu.

PFAM pun menilai gerak maju menuju rencana arah baru Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dengan titel F30 atau NEX50 bakal sulit terwujud.

Baca Juga: VIDEO – Sepakan Bebas Istimewa Saddil Ramdani pada Piala Malaysia 2019

”Uang 6,4 juta ringgit Malaysia ini adalah bukti seberapa kuat industri sepak bola kita atau apakah itu tidak lagi layak untuk beroperasi sebagai industri,” ujar Izham seperti dikutip Berita Harian dari Bernama yang dilansir oleh BolaSport.com.

Baca Juga: Tak Ada Lagi Pilar Indonesia, Tim Promosi Liga Belanda Langsung Kalah

Baca Juga: Liga Polandia - Ada Egy Maulana, Lechia Gdansk Raih Kemenangan Pertama

Menurut Izham, ini menjadi preseden buruk bagi generasi muda yang ingin berkarier di sepak bola negerinya.

”Kami mengirimkan pesan moral yang sangat negatif kepada anak-anak yang bermimpi memasuki industri ini,” tutur Izham.

PFAM sangat kecewa dengan permainan rilis dan permainan menunjuk jari, sehingga melukai pemain yang sepenuhnya bergantung pada kata industri.”

Dalam hal ini, Izham menekankan bahwa debitor harus bertanggung jawab.

Mereka juga tidak boleh mencari alasan untuk menunda atau menghindari melakukan pembayaran atas utang ini.

”Bayangkan kesulitan itu. Kesulitan pun dihadapi para pemain dalam melanjutkan kehidupan mereka. Lihatlah mereka sebagai manusia, bukan sebagai budak,” ucap Izham tegas.

”Jika tim-tim ini gagal untuk melunasi hutang mereka, sepak bola Malaysia tidak hanya kehilangan nilai profesionalnya, tetapi juga kehilangan semangat kemanusiaan,” katanya.

Baca Juga: Debut Saddil Ramdani pada Piala Malaysia Berjalan Istimewa dan Positif

Dia mengatakan bahwa tunggakan 6,4 juta ringgit Malaysia itu belum mencerminkan jumlah sebenarnya dari utang dalam industri sepak bola negara itu.

Karena, itu hanya tumpukan simpanan para pemain.

PFAM percaya bahwa jumlah itu sebenarnya lebih besar ketika menyangkut pembinaan dan impor pemain.

”Demikian juga, informasi tidak resmi diterima oleh PFAM, tetapi para pemain tetap diam karena mereka ingin memberi waktu kepada tim membayar tunggakan,” kata Izham.

Selain itu, Izham mengatakan PFAM sangat kecewa karena klub sebelumnya menggunakan alasan menunggu hibah hak siar dari pengelola Liga Malaysia, MFL, untuk menyelesaikan hutang.

Namun, klub itu masih tidak dapat melakukan pembayaran meskipun uang telah diberikan oleh MFL.

”Tim-tim seperti Malaka (United), Kelantan, Negeri Sembilan, dan Pahang masih membisu mengenai hal ini,” kata Izham.

”Ada juga tim yang telah mengatur pembayaran bertahap kepada para pemain, tetapi masih melanggar kesepakatan seperti ATM, PDRM, dan Felda (United) FC," ujarnya.

Baca Juga: Main 38 Menit, Eks Penyerang Persija Ucapkan Goodbye pada Liga Europa

Selain itu, menurut Izham, nasib para pemain dari tim tertutup tetap terpinggirkan.

”Para pemain Perlis, TCFC (Kota Terengganu), Hanelang, Kuantan FA dan Marcerra United terus berada dalam keadaan syok,” ujar Izham.

”Semua itu karena rapuhnya struktur yang ada yang tidak memberikan jaminan nasib para pemain ini.”

Izham pun tegas, negara harus turun tangan atas persoalan pelik yang sejak beberapa tahun terakhir mencuat dan tak selesai ini.

PFAM menyerukan kepada pemerintah negara bagian, jika ini adalah langkah terakhir, mereka bisa maju dan memberikan bantuan dalam masalah ini,” ujar Izham.

”Ini masalah rakyat dan bukan hanya masalah sepak bola semata," katanya.

Baca Juga: Kejamnya Liga Super China, Pelatih Dipecat saat Klub Ini di Papan Atas

Baca Juga: Sudah 35 Tahun dan On Fire, Eks Bek Persib Siap Balik Bela Timnas

Baca Juga: Cetak Gol, Andres Iniesta Bangkitkan Tim Jepang dari Ancaman Kekalahan