CEO Kalteng Putra Berencana Mundur Selepas Laskar Isen Mulang Degradasi ke Liga 2 2020

By Bayu Chandra - Rabu, 25 Desember 2019 | 14:15 WIB
Kalteng Putra Vs Persib pada laga pekan ke-26 Liga 1 2019. (banjarmasinpost.co.id/Aya Sugianto)

BOLASPORT.COM - Chief Executive Officer (CEO) Kalteng Putra, Agustiar Sabran masih pikir-pikir untuk kembali menangani tim.

Kalteng Putra sudah dipastikan terdegradasi ke Liga 2 musim depan bersama dua tim lain, Semen Padang dan Badak Lampung FC.

Dengan resminya Kalteng Putra degradasi ke Liga 2 musim depan, membuat jajaran manajemen tim beralias Laskar Isen Mulang berencana ingin mundur.

Salah satu pihak yang berencana ingin mundur dari Kalteng Putra adalah sang CEO klub Laskar Isen Mulang, Agustiar Sabran.

Agustiar Sabran yang merupakan kakak kandung dari Gubernur Kalteng, Sugiarto Sabran sudah berpikir dengan matang untuk segera mundur dari CEO Kalteng Putra.

Baca Juga: Timnas Nigeria Butuh Beberapa Pelatih dan Bakal Sebar Iklan Lowongan

Agustiar Sabran menjelaskan setelah Kalteng Putra terdegradasi ke Liga 2 2020, dirinya ingin istirahat sejenak.

"Saya akan berpikir terlebih dahulu apabila disuruh kembali memegang tim Kalteng Putra, karena saya mau istirahat dulu dalam hal ini," ujar Agustiar Sabran.

Dalam waktu dekat dia bersama pemegang saham di KaltengPutra segera akan melakukan rapat dengan tujuan membicarakan mengenai hal tersebut.

Hal itu dilakukan Agustiar Sabran agar Kalteng Putra masih bisa bermain kembali untuk kompetisi musim depan.

Baca Juga: Eks Gelandang Manchester United Berpeluang Boyong Iniesta ke Argentina

"Mengenai olahraga sepak bola, saya akan selalu mendukung siapa saja yang nanti menangani tim ini ke depannya," kata Agustiar Sabran.

"Pada intinya saya tetap mendukung sepak bola di Kalteng di kancah nasional pada tahun depan," ujar Agustiar Sabran dikutip BolaSport.com dari laman Antaranews.

Dia pun sempat mengkrikir banyak perusahaan nasional di Kalimantan Tengah yang jarang memberikan dukungan untuk Kalteng Putra.

Menurut Agustiar Sabran, para perusahaan hanya mengeruk sumber daya alam daerahnya dan tidak memberikan dukungan penting bagi Kalteng Putra.