MOMEN JUARA - Li Na, Petenis Wanita Asia Pertama yang Menyabet Grand Slam

By Beri Bagja - Rabu, 22 April 2020 | 08:15 WIB
Petenis legendaris China, Li Na. (TWITTER.COM/60MINUTES)

BOLASPORT.COM - Ajang Prancis Terbuka 2011 menjadi momen besar bagi Li Na. Legenda tenis asal China itu mencetak sejarah dengan menjadi petenis tunggal wanita Asia pertama yang berhasil memenangi gelar grand slam.

Saat itu, Li Na sudah berusia 29 tahun.

Ia menjadi juara Prancis Terbuka 2011 setelah mengalahkan juara bertahan Francesca Schiavone dua set langsung dengan skor akhir 6-4, 7-6 (7-0) pada 4 Juni 2011.

Bagi Li Na, kesuksesan tersebut merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan walau dicapai saat usianya tidak lagi muda.

"Hari ini, mimpi telah menjadi kenyataan. Saat masih muda, saya selalu ingin menjadi seorang juara grand slam," ucap Li Na setelah menjuarai gelar tersebut.

Baca Juga: MOMEN JUARA - Saat Kemenangan Valentino Rossi Naikkan Martabat Pembalap MotoGP

Baca Juga: MOMEN JUARA, Kemenangan Dramatis James Hunt, Sang One Hit Maker F1

Baca Juga: MOMEN JUARA, Si Kurus Aktor Kebangkitan 35 Menit, Indonesia ke Final Piala AFF 2004

"Seseorang mengatakan saya semakin tua. Tidak mudah bagi wanita yang tak lagi muda mewujudkan mimpi. Tidak banyak pemain bisa memenangi grand slam," ujar dia.

Petenis yang saat itu menempati peringkat lima dunia mampu menghentikan langkah Victoria Azarenka pada babak perempat final, kemudian menyingkirkan Maria Sharapova untuk mencapai final.

Melawan unggulan utama pada final Prancis Terbuka 2011, Schiavone, Li Na berhasil menyembunyikan ketegangannya dan bermain lepas.

"Saya gugup, namun saya tak ingin lawan melihatnya," kata Li Na.

Alhasil, ia sanggup tampil impresif dan memberikan perlawanan hebat dalam meladeni taktik agresif Schiavone.

Set pertama berakhir dalam durasi 39 menit dan menjadi milik Li Na dengan keunggulan 6-4.

Pertarungan hebat tersaji pada set kedua. Li Na berhasil unggul lebih dulu dengan skor 4-2.

Namun, Schiavone mampu mendapatkan break point sehingga menjadikan skor imbang 4-4 pada game kedelapan.

Schiavone pun berbalik unggul 5-4 dan lebih dulu dalam posisi diuntungkan untuk memaksa Li Na memainkan set ketiga karena unggul 6-5.

Akan tetapi, Schiavone gagal mematahkan servis Li Na untuk memastikan kemenangan pada set kedua. Alhasil, pertandingan harus dilanjutkan lewat tie-break.

Li Na kembali tampil impresif dan dengan memetik tujuh poin beruntun.

Ia pun langsung menjatuhkan badan dan menangis bahagia ketika pukulan backhand petenis asal Italia itu keluar lapangan saat mendapatkan poin penentuan.

"Saat unggul 6-0 pada tie-break, saya berpikir, 'oke, jangan melakukan hal bodoh' karena sudah sering saya gagal mendapatkan poin penentuan," tutur Li Na.

Kesuksesan Li Na diperkirakan disaksikan 65 juta orang lewat televisi dan online di China.

Baca Juga: MOMEN JUARA, Gol 3 Sentuhan Suci Dennis Bergkamp di Piala Dunia 1998

Baca Juga: MOMEN JUARA - Gol Langka Cambiasso di Piala Dunia 2006, dari 24 Operan dan 9 Pemain

Ia pun menjelma menjadi sosok bintang besar dan berharap kesuksesannya dapat memberikan motivasi besar bagi penerusnya.

"Jika petenis China bisa memenangi grand slam, berarti tenis China patut diperhitungkan. Saya yakin tenis China akan terus lebih besar ke depannya," ucapnya.

Li memutuskan pensiun sebagai petenis profesional saat berusia 32 tahun, tepatnya pada 19 September 2014.

Ia mengakhiri karier dengan menempati posisi keenam peringkat dunia.

Sepanjang perjalanan karier profesional, Li Na memenangi dua gelar grand slam.

Selain di Prancis Terbuka 2011, mantan ratu tenis asal Wuhan yang sekarang berusia 38 tahun ini juga pernah menjadi juara di Australia Terbuka 2014.