Alasan Sebastian Vettel Gagal Ikuti Jejak Michael Schumacher

By Lariza Oky Adisty - Jumat, 22 Mei 2020 | 18:05 WIB
Pembalap Ferrari, Sebastian Vettel saat melakukan persiapan untuk babak kualifikasi F1 Hungaria 2019, Sabtu (3/8/2019) (TWITTER.COM/SCUDERIAFERRARI)

"Pada masa Schumacher, Anda selalu bisa menjelaskan segala hasil yang ada. Kami semua bersama Michael sukses karena saling mendukung pada masa susah dan senang," kata Todt, dikutip BolaSport.com dari Motorsport.

"Bersama-sama di saat senang sangat mudah, tetapi karakter Anda baru terlihat pada masa sulit. Ketika Ferrari dalam masa sulit, semua bersatu-padu dan itu yang membedakan," tuturnya melanjutkan.

Dengan kepastian hengkan dari Ferrari, kelangsungan karier Vettel pada olahraga jet darat tersebut menjadi bahan spekulasi.

Tak sedikit yang memperkirakan Vettel akan pensiun.

Merespons asumsi itu, Todt meminta semua orang untuk bersikap lebih positif.

"Sebastian Vettel sangat berbakat. Kita hanya bisa mendoakan dia yang terbaik dan tim yang akan merekrutnya akan sangat beruntung," ujar Todt.

Baca Juga: Daniel Ricciardo Disindir Bos Renault Soal Kepindahan ke McLaren

Lebih lanjut, Jean Todt yang kini menjabat sebagai Presiden FIA itu tak ragu memrediksi Sebastian Vettel masih punya peluang untuk bangkit seandainya ia memutuskan terus berkarier di F1.

Pemikiran Todt ini berkaca pada pengalaman Michael Schumacher saat baru bergabung dengan Ferrari.

"Dia bisa menjadi juara dengan mobil yang tepat. Ketika Michael datang ke Ferrari pada tahun 1996, dia hanya bisa memenangi tiga balapan. Bukan karena ia tak punya motivasi, tetapi mobilnya tak mendukung dia menjadi juara," tutur Todt.

"Perlahan tetapi pasti, Ferrari membangun mobil dan tim yang membuatnya bisa menjadi juara. Lihat juga yang terjadi pada Lewis Hamilton. Tanpa mobil memadai ia takkan juara. Sama halnya dengan Fernando Alonso atau Vettel," kata Todt lagi.