Semifinal Liga Champions Milik Klub Jerman dan Prancis - Kuncinya Jangan Kecapekan!

By Beri Bagja - Senin, 17 Agustus 2020 | 15:05 WIB
Bayern Muenchen mengandaskan Barcelona di perempat final Liga Champions 2019-2020. (TWITTER.COM/FCBAYERN)

BOLASPORT.COM - Wakil Bundesliga Jerman dan Ligue 1 Prancis mengisi slot di semifinal Liga Champions 2019-2020 karena modal keunggulan kondisi fisik dan fokus yang lebih baik ketimbang lawan-lawan mereka.

Semifinal Liga Champions musim ini menjadi ajang tarung total tim Liga Jerman vs Liga Prancis.

Bayern Muenchen dipasangkan dengan lawan Olympique Lyon, sedangkan RB Leipzig bakal baku hantam kontra Paris Saint-Germain.

Komposisi pertemuan wakil Bundesliga vs Ligue 1 di semifinal ajang selevel Liga Champions tergolong langka.

Maklum, dua kompetisi tersebut kerap dianggap sebatas "liga petani" alias penghasil bakat bagus untuk kelak direkrut klub-klub Liga Spanyol, Inggris, dan Italia, kejuaraan yang lazim dinilai tiga yang terbaik di Eropa.

Namun, realitasnya kini bertolak belakang.

Baca Juga: Kekalahan-kekalahan Terbesar Lionel Messi

Baca Juga: Barcelona Hancur, Terakhir Kali Tanpa Gelar Lionel Messi Masih 20 Tahun

Tak ada satu pun wakil Premier League, LaLiga, ataupun Serie A di semifinal Liga Champions.

Ditambah kemunculan Olympique Lyon dan RB Leipzig, komposisi empat besar musim ini memang langka, tetapi bukan sebuah kejutan atau kebetulan semata.

Menurut data dari Optus Sport, kegagalan tim-tim Liga Spanyol, Liga Inggris, dan Liga Italia dipengaruhi kondisi fisik dan mental mereka yang sudah terkuras penuh di tengah pemadatan jadwal kompetisi pasca-pandemi.

LaLiga baru rampung pada 19 Juli, diikuti Premier League yang selesai 27 Juli, kemudian terakhir Serie A tutup buku pada 2 Agustus.

TWITTER.COM/PSG_INSIDE
Paris Saint-Germain mengandaskan Atalanta di perempat final Liga Champions 2019-2020.

Sebaliknya, Bayern dan Leipzig sudah menuntaskan kalender Bundesliga pada 27 Juni.

PSG dan Lyon malah seperti magabut lima bulan karena Liga Prancis disetop di tengah jalan pada Maret lalu akibat pandemi.

Baca Juga: Gara-gara Dibantai Bayern Muenchen, Barcelona Siap Rombak Total Skuad

Baca Juga: Kali Pertama dalam Sejarah Liga Champions, Ada Dua Wakil Prancis di Semifinal

Paris dinobatkan sebagai kampiun setelah baru melahap 27 partai, sedangkan Lyon malah jeblok di peringkat ketujuh.

Karena keputusan pembekuan liga, Presiden Lyon, Jean-Michel Aulas, sempat ngamuk-ngamuk kepada federasi.

Namun, melihat apa yang dicapai timnya setelah Liga Champions dimulai kembali, Aulas berbalik semringah.

Lyon jadi punya waktu yang cukup guna mengistirahatkan kondisi fisik dan psikologis pemain menjelang comeback Liga Champions, 7 Agustus lalu.

Ketika otoritas sudah memperbolehkan klub menggelar pertandingan, Lyon, seperti juga PSG dan tim-tim Ligue 1 lainnya, melakoni duel uji coba guna memanaskan mesin.

TWITTER.COM/CITYREPORT_
Olympique Lyon maju ke perempat final Liga Champions 2019-2020 setelah menyingkirkan Juventus.

"Sungguh sebuah prestasi dibandingkan apa yang telah kami lalui beberapa bulan terakhir. Kami melihat kompetisi ini (Liga Champions) datang pada waktu yang tepat," kata Aulas kepada RMC Sport.

"Kami beradaptasi dengan penghentian liga. Kami punya waktu pramusim 8 minggu, itu sungguh masif," kata pelatih Lyon, Rudi Garcia, dikutip BolaSport.com dari ESPN.

Data Optus yang berasal dari cuitan di akun Twitter Presiden Asosiasi Pesepak Bola Italia (AIC), Damiano Tommasi, menjadi gambaran tepat untuk situasi ini.

Baca Juga: Inter Milan ke Semifinal, Pertama sejak Treble Winners Zaman Mourinho

Semua tim yang maju ke semifinal Liga Champions memiliki jadwal lebih ringan atau jeda yang lebih leluasa dalam perjalanan 60 hari menjelang perempat final.

PSG, Lyon, dan Leipzig menjalani rata-rata satu pertandingan saja setiap 20 hari.

Artinya, kelar melakoni satu pertandingan, mereka punya jeda 19 hari sebelum bertanding lagi di partai berikutnya!

Adapun Bayern melakoni satu partai per 10 hari.

Kemewahan inilah yang tak dimiliki klub-klub Premier League, LaLiga, dan Serie A.

Tenaga mereka diperas secara konstan selama dua bulan terakhir untuk mengejar deadline penyelesaian liga dari UEFA.

Di Liga Spanyol, Atletico dan Barcelona harus melalui rata-rata satu laga setiap 5 hari.

Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Semuanya gara-gara Pep Guardiola (1)

Belum lagi Barca harus selalu berada dalam mode tempur karena bersaing sengit dengan Real Madrid sampai pekan-pekan terakhir.

Sementara itu, Atalanta dan Man City menjalani satu pertandingan setiap 4-5 hari, tepatnya 4,28 hari.

Terlepas dari kegagalan implikasi taktik, merosotnya kondisi fisik pemain nyata berpengaruh terhadap performa keseluruhan.

TWITTER.COM/RBLEIPZIG_EN
Skuad RB Leipzig saat melakukan latihan menjelang semifinal Liga Champions.

Kecuali Barca yang mengalami kehancuran dari Bayern, semua hasil pertandingan perempat final kemarin baru ditentukan oleh gol-gol krusial di 10 menit akhir laga.

Mental, fisik, dan konsentrasi skuad Atletico, Man City, serta Atalanta kedodoran saat dipaksa menerima tekanan konstan menjelang menit-menit akhir.

Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Bukan Gambling, melainkan Planning (2)

Ini diakui jelas oleh pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, yang menjadi korban comeback PSG lewat dua gol pada menit 90-93.

"Kebobolan menit-menit akhir jelas menyakitkan. Pada akhir laga yang sangat sulit dan melelahkan ini, saya hanya bisa berterima kasih kepada pemain," ujarnya.