Menuhankan Sepakbola Tidak Akan Menyelamatkan Manusia

By Hugo Hardianto Wijaya - Senin, 12 Juli 2021 | 07:15 WIB
Suporter Persija Jakarta, The Jak Mania. (MUHAMMAD ALIF AZIZ/BOLASPORT.COM)

Lalu masih ada pula duel Persib Bandung dan mantan pelatihnya, Djadjang Nurdjaman yang kini melatih Barito Putera, penampilan kuda hitam Persiraja Banda Aceh menghadapi Bhayangkara FC, hingga permainan cantik Bali United melawan Persik Kediri.

Seharusnya reka adegan di atas bisa menjadi pemandangan yang kita saksikan dalam tiga hari terakhir.

Sayangnya, kita harus puas hanya bisa membayangkan adegan-adegan di atas lewat imajinasi lantaran PSSI telah memutuskan untuk menunda pelaksanaan Liga 1 2021.

PSSI memutuskan untuk menunda liga, hingga Agustus mendatang, usai mengevaluasi kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir.

Baca Juga: Hasil Final EURO 2020 - Italia Menang Adu Penalti, Football is Coming to Rome

Bila melihat alasan yang digunakan oleh PSSI, menerima putusan soal penundaan liga saya kira bukan hal yang sulit.

Akan tetapi, layaknya dua sisi koin yang berseberangan, suara-suara protes terhadap batalnya sepakbola Indonesia comeback di tengah pandemi masih lantang terdengar.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Muhammad Ali Vikry  (@alivikry)

Sebagian orang, baik dari kalangan suporter maupun para stakeholder sepakbola, masih menyayangkan penundaan liga.

Beberapa bahkan berharap liga bisa kembali dimulai setelah pelaksanaan PPKM Darurat selesai pada 20 Juli nanti.

Baca Juga: Satu Hal yang Buat Egy Maulana Vikri Belum Diperkenalkan Klub Barunya

Sebagian yang lain bersuara kalau sepakbola seharusnya masih ideal digelar di tengah pandemi Covid-19.

Alasannya, tak ada hubungan langsung antara pelaksanaan kompetisi, PPKM, dan pandemi Covid-19 itu sendiri.

Toh setiap klub sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Toh liga tidak akan dihadiri oleh penonton.

Baca Juga: EURO 2020 - Masuk Menit 120, Rashford-Sancho Ambyar dalam Satu-satunya Tugas