Alasan Mengapa Matthijs de Ligt Tak Kunjung Jadi Bek Terbaik Dunia

By Adi Nugroho - Senin, 2 Agustus 2021 | 23:45 WIB
Bek tengah Juventus asal Belanda, Matthijs de Ligt. (TWITTER.COM/SPORX)

BOLASPORT.COM - Terdapat sebuah alasan yang membuat bek Juventus, Matthijs de Ligt, belum juga memenuhi potensinya untuk menjadi bek terbaik dunia.

Sudah banyak pemain sepak bola yang dijuluki sebagai terbaik di dunia.

Pemain bertahan pun sudah banyak yang diberi gelar semacam itu.

Sergio Ramos ketika masih membela Real Madrid pernah dijuluki bek terbaik dunia.

Salah satu orang yang setuju dengan anggapan itu adalah mantan bek Real Madrid, Fernando Hierro.

Fernando Hierro mengungkapkan hal tersebut ketika Sergio Ramos masih belum menemui kejelasan nasib di Real Madrid.

Baca Juga: Dari Peluang Sia-sia sampai Handball De Ligt, 28 Detik yang Hancurkan Belanda di EURO 2020

Dalam kesempatan itu, Hierro menyebut bahwa Sergio Ramos masih ingin bermain di Real Madrid karena hendak menunjukkan bahwa dia adalah bek terbaik dunia.

Namun, sayang Ramos tidak bisa membuktikan itu karena akhirnya bek 34 tahun itu cabut dari Real Madrid dan bergabung Paris Saint-Germain pada bursa transfer musim panas 2021.

"Saya ingin Sergio Ramos melanjutkan kontribusinya dan pensiun di Real Madrid," kata Hierro dikutip BolaSport.com dari MARCA.

"Bukan karena lamanya masa bakti dia di Real Madrid, tapi karena penampilannya."

Baca Juga: Dua Sosok yang Bantu Penyerang Muda Timnas Indonesia Keluar dari Rasa Putus Asa

"Ramos menunjukkan bahwa dia masih menjadi yang terbaik di dunia," ujar sosok yang membela Real Madrid antara 1989 sampai 2003 itu menambahi.

Bek Liverpool, Virgil van Dijk, juga pernah disebut sebagai bek terbaik dunia.

Tidak sedikit yang beranggapan seperti itu.

Pasalnya, Virgil van Dijk mampu mentransformasi Liverpool dari tim yang sekadar bersaing untuk posisi empat besar di Liga Inggris menjadi klub yang sukses merebut gelar juara.

Baca Juga: Olivier Giroud Siap Wujudkan Duet Opa-opa di AC Milan, tapi..

Virgil van Dijk dan Liverpool berhasil mengangkat trofi Premier League pada musim 2019-2020.

Tak hanya itu, Virgil van Dijk juga membantu The Reds memenangkan gelar-gelar lain seperti Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Klub.

Sementara itu, banyak pemain bertahan muda yang disebut bakal mengikuti jejak Sergio Ramos dan Virgil van Dijk menjadi bek terbaik dunia.

Salah satunya adalah bek yang sekarang memperkuat Juventus, Matthijs de Ligt.

Baca Juga: Mengagumkan, Calon Bek Timnas Indonesia Bersinar di Klub Denmark

Dengan fisik yang mendukung ditambah teknik serta visi permainan yang mumpuni, Matthijs de Ligt diyakini punya segala potensi untuk menjadi bek terbaik dunia suatu saat nanti.

Akan tetapi, hingga kini Matthijs de Ligt disebut masih belum bisa menghidupkan segala potensi yang dimilikinya.

Legenda Juventus, Andrea Barzagli, juga merasa De Ligt belum bisa disebut sebagai bek terbaik dunia.

Walau di sisi lain Andrea Barzagli yakin De Ligt bisa meraih titel tersebut satu saat nanti, pria yang membela Juventus mulai 2011 sampai 2019 itu merasa De Ligt masih punya satu alasan mengapa dia belum juga memenuhi potensinya.

Baca Juga: Seri, Absennya Makan Konate Berpengaruh ke Permainan Terengganu FC Lawan Saddil Ramdani dkk?

Alasan yang dimaksud oleh Barzagli adalah label harga tinggi yang menempel padanya.

Diketahui, untuk mendatangkan De Ligt dari Ajax Amsterdam pada bursa transfer musim panas 2019, Juventus mengeluarkan biaya 75 juta euro (sekitar Rp1,2 triliun).

Banderol besar itu, kata Barzagli, membebani De Ligt karena banyak orang yang menaruh harapan tinggi padanya.

"Tentunya dalam beberapa tahun dia akan menjadi yang terbaik di dunia," tutur Barzagli soal De Ligt seperti dilansir BolaSport.com dari Football Italia.

Baca Juga: Striker Jangkung Asuhan Shin Tae-yong Impikan Perkuat Liverpool

"Dia memiliki segalanya untuk menjadi seperti itu, dimulai dengan mentalitas yang hebat."

"Dia selalu memiliki banyak cara. Dia sadar, Matthijs. Dia benar-benar memiliki segalanya untuk menjadi pemain top."

"Namun, Anda juga harus memberinya waktu untuk berkembang."

"Saat saya seusianya, saya masih bermain di klub Serie C (kasta ketiga sepak bola Italia), sedangkan dia bermain untuk Juventus dan timnas Belanda."

"Bahkan jika Anda tidak sedingin dia, tidak mungkin untuk tak menderita sedikit pun dari tekanan yang dia miliki, terutama yang disebabkan 75 juta euro yang diinvestasikan Juventus padanya," ujar sosok yang memenangkan Liga Italia sebanyak delapan kali bersama Bianconeri itu menegaskan.