Cuci Tangan Pakai Sabun, Kebiasaan Sederhana untuk Ciptakan Generasi Sehat

By Yussy Maulia - Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:22 WIB
Keterangan Pers yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) di Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9), Jumat (14/10/2021). (Tangkapan layar Youtube FMB9ID_IKP)

BOLASPORT.com - Setiap tanggal 15 Oktober, dunia memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia atau Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Tahun ini, perayaan tersebut kembali diperingati dengan tema "Masa Depan di Tangan Kita, Mari Bergerak Bersama".

Di tengah pandemi Covid-19, perayaan Hari Cuci Tangan Sedunia dapat menjadi momentum untuk mengingat betapa pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS) untuk kesehatan.

Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro menjelaskan, praktik cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik dinilai mampu membatasi penularan virus SARS COV-2 penyebab Covid.

Hal itu ia ungkapkan dalam Keterangan Pers yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) di Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9), Jumat (14/10/2021).

Baca Juga: Situasi Pandemi Mulai Terkendali, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

"Cuci tangan pakai sabun terkesan sebagai perilaku sederhana. Namun, sebetulnya merupakan kebiasaan baik yang dapat menyelamatkan banyak nyawa," ujar dr Reisa dalam keterangan resmi yang diterima Grid.id, Selasa (19/10/2021).

Selain mencegah penularan Covid-19, kata Reisa, cuci tangan pakai sabun juga dapat menurunkan risiko penyakit diare hingga 30 persen dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) hingga 20 persen.

Untuk diketahui, kedua penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Sayangnya, meski praktik cuci tangan menjadi salah satu hal esensial yang harus diterapkan setiap warga Indonesia, kenyataannya tidak semua rumah atau tempat umum memiliki fasilitas cuci tangan.

Baca Juga: Siap Sambut Wisatawan Asing, Bali Terapkan Sejumlah Aturan Ketat

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 menemukkan, 1 dari 4 warga Indonesia tidak memiliki fasilitas cuci tangan di rumah.

Namun, di sisi lain, pandemi terbukti telah meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya praktik cuci tangan dengan sabun.

Sebelumnya, kata Reisa, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2018 kebiasaan cuci tangan masyarakat Indonesia masih dibawah 50 persen.

Namun, setelah pandemi, United Nations Children's Fund (UNICEF) dan Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) melaporkan bahwa praktik cuci tangan di kalangan masyarakat Indonesia sudah naik hingga 60 persen.

Baca Juga: dr Reisa: Kolaborasi Masyarakat Jadi Kunci Keberhasilan PPM

Bahkan, hasil survei BPS yang dilakukan pada 13-20 Juli 2021 menunjukkan, 75 persen masyarakat Indonesia sudah menerapkan kebiasaan cuci tangan.

“Kementerian Kesehatan menyerukan agar semua orang, di manapun, harus melakukan praktik CTPS. Mari tingkatkan praktik cuci tangan kita sampai dengan 100 persen, karena ini adalah cara termudah, termurah, dan tercepat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita,” ujar Reisa.

Tingkatkan ketersediaan fasilitas cuci tangan

Meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya cuci tangan pakai sabun merupakan sebuah pencapaian baik.

Guna meningkatkan ketersediaan fasilitas cuci tangan di tempat umum, pemerintah pun melakukan berbagai upaya. Salah satunya, dengan memberikan bantuan penyediaan akses air dan peralatan cuci tangan memadai di sekolah.

Baca Juga: Pandemi Belum Usai, Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah Strategis 

Bersama kemitraan swasta, pemerintah akan menyalurkan bantuan tersebut ke 15.000 sekolah yang meliputi SD, SMP, dan Madrasah di seluruh Indonesia.

Setiap sekolah akan dipastikan memiliki akses ke air bersih, sanitasi baik, dan kebersihan lingkungan yang terjaga. Selain itu, setiap sekolah akan menerima perlengkapan cuci tangan yang meliputi sabun batang dan cair, cairan pembersih tangan, dan cairan disinfektan.

Ketersediaan sarana cuci tangan, sanitasi air, dan kebersihan lingkungan pun akan menjadi salah satu syarat yang wajib dipenuhi oleh pihak sekolah sebelum melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

"Sekolah yang aman Covid-19, termasuk dengan tersedianya fasilitas cuci tangan pakai sabun, hanya akan menambah kepercayaan diri orang tua untuk mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah,” tutur Reisa.

Baca Juga: Meski Kasus Covid-19 di Indonesia Terus Melandai, Pemerintah Imbau Masyrakat Tetap Patuhi Prokes

Bahkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan UNICEF pada 10-14 September 2021, sebagian besar orang tua percaya bahwa sekolah sudah cukup siap untuk melakukan PTM.

Untuk diketahui, survei itu dilakukan pada 1.200 orangtua dan wali murid yang mencakup anak prasekolah, taman kanak-kanak (TK), SD, SMP, dan SMA di seluruh wilayah Indonesia. 

Survei itu juga menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua akan mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah.

Reisa pun menekankan, guna menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi anak-anak, pihak sekolah diharapkan dapat terus menekankan penggunaan masker, menyediakan saluran udara memadai di ruang kelas, sistem kehadiran 50 persen, dan menyediakan tempat cuci tangan yang memadai.

“Mari kita bertindak bersama untuk membuat cuci tangan pakai sabun dilakukan oleh semua. Untuk masa depan kita, anak-anak kita, dan Indonesia yang jauh lebih sehat,” kata Reisa.