Syabda, Ikhsan, Christian dkk Kurang Jam Terbang, Ini Tanggapan Pelatih Tunggal Putra Indonesia

By Delia Mustikasari - Sabtu, 26 November 2022 | 15:15 WIB
Pelatih bulutangkis tunggal putra Indonesia, Irwansyah, sedang memberikan keterangan kepada awak media di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, 23 November 2022. (MUHAMMAD ALIF AZIZ MARDIANSYAH/BOLASPORT.COM)

BOLASPORT.COM - Indonesia memiliki tunggal putra lapis kedua setelah Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan. Mereka adalah Syabda Perkasa Belawa, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, Christian Adinata, dan Bobby Setiabudi.

Namun, mereka belum mendapat banyak kesempatan berlaga pada turnamen BWF World Tour. Dari empat pemain lapis kedua, hanya Syabda Perkasa Belawa yang tahun ini meraih gelar pada Malaysia International Series.

Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay dan Christian Adinata tampil pada Australian Open 2022 yang masuk BWF World Tour Super 300, tetapi belum berhasil melangkah lebih jauh.

Ikhsan dan Christian mengatakan bahwa mereka minim pengalaman bertanding pada turnamen level tinggi.

Baca Juga: Gregoria Dipastikan Tampil pada BWF World Tour Finals 2022, Ini Daftar Wakil Indonesia yang Lolos

Pelatih tunggal putra Indonesia, Irwansyah, menanggapi hal tersebut dengan merencanakan pemain lapis kedua untuk meningkatkan level mereka agar bisa mendekati Anthony, Jonatan, Christie, Shesar Hiren Rhustavito, dan Chico Aura Dwi Wardoyo.

"Rencana saya juga begitu. Pemain lapis dua ini saya paksa untuk mengejar, jadi levelnya tu secepatnya mau dinaikkan," kata Irwansyah kepada media, termasuk BolaSport.com di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur.

"Mudah-mudahan tahun depan ranking yang mereka miliki bisa membuat mereka masuk turnamen level 300 dan 100 ke atas. Empat ini (Anthony, Jonatan, Shesar, dan Chico) sudah di atas. Tetapi, pemain bawah mau mengejar rivalnya tetap bagus," ucap Irwansyah.

Irwansyah optimistis dengan rencana menaikkan level Syabda dan kawan-kawan sebab menurutnya kualitas latihan mereka sudah baik.

"Pandemi Covid-19 membuat mereka jadi kurang jam terbang. Kalau pemain kurang jam terbang akan sulit beradaptasi dengan situasi di lapangan pertandingan atau lampu di lapangan. Berbeda dengan kejuaraan level Challenge, series dengan turnamen Super 300 ke atas."