Kenapa Juara MotoGP Tak Semeyakinkan Zaman Rossi dan Marquez?

By Ardhianto Wahyu Indraputra - Senin, 5 Desember 2022 | 07:00 WIB
Dari kiri: Joan Mir, Fabio Quartararo, dan Francesco Bagnaia berada di podium setelah balapan MotoGP Portugal 2021.Tiga pembalap angkatan 2019 ini menjadi juara MotoGP dalam tiga musim terakhir. (TWITTER.COM/MOTOGP)

Di samping musim yang dominan seperti ketika hanya finis di posisi 1 atau 2 pada 2019, Marquez pernah menghadapi tantangan ekstra saat terlalu sering pulang dengan tangan hampa.

Si Alien mengalaminya dua kali dari enam titel yang diraihnya di kelas utama yaitu pada 2017 (3 DNF) dan 2018 (4 DNF).

Adapun Mir gagal finis sebanyak tiga kali dari 14 balapan yang membawanya mengakhiri puasa gelar Suzuki pada 2020 silam.

Kesuksesan Mir menghadirkan catatan tersendiri karena dia menjadi juara kelas para raja kedua dengan rerata poin terkecil sepanjang sejarah MotoGP.

Mir mencatat 7 podium dan hanya 1 kemenangan hingga akhirnya merengkuh gelar dengan koleksi 171 poin atau 48,85 persen dari poin maksimal yang bisa diraih.

Kesuksesan Fabio Quartararo pada 2021 menjadi pembeda ketika pembalap asal Prancis ini hanya sekali gagal finis.

Meski begitu, performa naik turun El Diablo masih terlihat ketika melihat rerata poinnya (15,44 poin/lomba).

Catatan Quartararo ini hanya lebih baik dari tiga juara MotoGP lainnya: Bagnaia, Mir, dan Nicky Hayden (14,82) pada 2006.

Lantas apa penyebabnya? Alasan trivialnya jelas kompetisi yang lebih ketat dibandingkan sebelumnya.

Baca Juga: Menanti Hibrida Aerodinamika MotoGP x F1 di KTM RC16