Kenapa Atlet Tinju Rentan Terhadap Kebangkrutan? Berikut Teorinya!

By Imadudin Adam - Selasa, 7 Maret 2023 | 16:45 WIB
Juara tinju kelas berat, Anthony Joshua, tumbang di tangan Oleksandr Usyk pada pertandingan di Tottenham Hotspur Stadium, London, Inggris, 25 September 2021. (TWITTER.COM/ESPNRINGSIDE)

BOLASPORT.COM – Kebangkrutan bisa terjadi di semua olahraga baik itu klub maupun atlet.

Namun soal urusan bangkrut, tinju mungkin adalah salah satu olahraga yang punya kerentanan terhadap kebangkrutan cukup tinggi.

Ketika seorang petinju mencapai status elit, mereka memang bisa menghasilkan banyak uang hanya dalam waktu satu malam.

Bahkan jumlahnya lebih banyak dari atlet manapun yang ada di dunia ini.

Baca Juga: Selain Cuan, Ini Dampak Dahsyat Drama Jake Paul di Olahraga Tinju

Bahkan jumlah ini bisa lebih banyak lagi ketika seorang juara tinju dapat mempertahankan sabuknya selama dua atau tiga tahun meskipun ini sangat jarang terjadi.

Petinju mungkin memiliki disiplin yang tinggi di atas ring dan saat berlatih sehingga mereka bisa menjadi juara dan banyak uang.

Tapi soal finansial, banyak petinju yang kurang disiplin sehingga membuat kans mereka untuk bangkrut sangat besar.

Lantas faktor apa saja yang biasa membuat petinju bangkrut?

Judi

Kita bisa mengambil contoh Floyd Mayweather yang merupakan salah satu petarung terhebat di generasinya dan mungkin termasuk petarung pound-for-pound terbanyak sepanjang masa.

Menurut Celebrity Net Worth, dia memiliki penghasilan sekitar US$213 juta.

Namun Mayweather terus memamerkan uangnya dengan ikut taruhan olahraga dalam jumlah besar.

Baca Juga: Update Top Skor Proliga 2023 - Rivan Nurmulki Tetap di Puncak walau Surabaya Samator Krisis Kemenangan

Dia suka memberi tahu para pengikutnya berapa banyak dia telah bertaruh dan berapa banyak yang telah dia menangkan, tetapi kadang-kadang, dia juga tentunya kalah.

Mayweather hampir pasti akan mengetahui bahwa menang dalam perjudian olahraga adalah hal paling susah.

Ini bisa menyebabkan masalah kebangkrutan untuknya di kemudian hari.

Investasi yang Buruk

Selain soal judi, petinju juga bisa bangkrut karena sering kali mereka ikut investasi.

Begitu seorang petinju terkenal mendapatkan kekayaannya di atas ring, dia mungkin ingin memaksimalkan pendapatan tersebut dengan berinvestasi.

Seorang petinju biasanya bukan investor yang cerdas karena mereka sangat sibuk berlatih untuk menjadi pemenang di ring.

Jadi, bagaimana seorang petinju belajar investasi yang baik?

Kemungkinan terbesarnya adalah mereka berinvestasi di olahraga tinju juga namun ini bisa menyebabkan masalah yang membuat mereka bangkrut pada akhirnya.

Kurang Dewasa dalam Mengelola Uang

Selain invetasi, faktor ilmu pengetahuan dan kedewasaan dalam menggunakan uang juga sangat berpengaruh.

Petinju mungkin berpikir bahwa karena dia punya uang hari ini, dia juga akan punya uang besok.

Akibatnya mereka akan hidup mewah dan membeli barang-barang mahal.

Dalam beberapa kasus, seorang petinju mungkin suka membelanjakan uang untuk rumah atau mobil di mana mereka bisa menjualnya kembali jika dia membutuhkan uang.

Namun soal rumah, apalagi harganya sangat tinggi tentu akan terjual dengan sulit.

Sedangkan mobil bisa kehilangan nilainya karena mobil bukanlah barang yang cocok untuk diinvestasikan.

Perceraian

Faktor lain yang dapat merugikan petinju mana pun yang menghasilkan banyak uang adalah perceraian.

Seorang petinju mungkin menikah di usia muda dan kemudian menjadi terkenal di kemudian hari dalam kariernya.

Jika pernikahan berantakan karena alasan apa pun dan petinju tidak memiliki perjanjian pranikah yang melindungi, dia dapat dengan mudah kehilangan setengah asetnya.

Baca Juga: Harapan Gelandang Timnas U-20 Indonesia Usai Gelaran Piala Asia U-20 2023, Bisa Dilirik Klub Luar Negeri

Mike Tyson menjadi salah satu contoh bagaimana cinta pada akhirnya perlahan membuat dia melarat.

Semua atlet dapat kehilangan uang mereka karena alasan ini, tetapi seorang atlet dalam olahraga tim mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh miskin karena sejumlah alasan.

Di NFL, ketika pemula datang ke liga, mereka menjalani simposium tentang bagaimana menangani semua situasi kehidupan mereka.

Di situ dibahas juga soal apa yang harus dilakukan dengan uang.