Barelang Marathon 2018 - Pria Jerman Rela Terbang Jauh ke Batam demi Ikuti Lomba

Pria asal Jerman, Soenke, terbang jauh ke Batam hanya untuk berpartisipasi dalam event BP Batam-Barelang Marathon 2018.

Bahkan pria berusia 51 tahun itu belum pernah mengunjungi Batam dan baru mengenal Batam dari peta hingga dunia maya.

Dari informasi yang didapatnya dari internet, menurut Soenke, Batam sangat menarik dari segi lingkungan dan memiliki estetika.

(Baca Juga: Sejumlah Komunitas Semarakkan BP Batam Barelang Marathon 2018)

Soenke ingin mengenal Kota Batam lebih jauh lagi dengan mengikuti event BP Batam Barelang Marathon 2018.

"Jadi ini kali pertama saya datang ke Batam untuk ikut kegiatan BP Batam Barelang Marathon ini," kata Soenke dikutip BolaSport.com dari Tribun Batam.

Ternyata, ini bukanlah kali pertama bagi Soenke turut serta dalam event lari marathon.

"Sebelumnya,.saya juga sudah pernah ikut marathon di London dan Chicago (Amerika Serikat). Tetapi sudah lama sekali dan kali ini saya coba lagi," ujar Soenke lagi.

Dalam kesempatan ini, Soenke akan mengikuti BP Batam Barelang Marathon 2018 kategori 42K.

Sebagai informasi, Barelang Marathon akan digelar dalam empat kategori lari yaitu, full marathon sejauh 42 km, half marathon sejauh 21 km dan 10 km, serta karegori spesial atau fun run sepanjang 5 km.

Adapun BP Batam Barelang Marathon 2018 akan berlangsung pada Minggu (2/12/2018).

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST