Drama di Laga Bali United Vs Persija - Mulai dari Gangguan Ledakan, Laga Tanpa Injury Time, hingga Andritany yang Terkapar

By Mochamad Hary Prasetya - Minggu, 2 Desember 2018 | 21:50 WIB
Suasana tribune utara Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar saat Bali United menjamu Persija untuk pekan ke-33 Liga 1 2018, 2 Desember 2018. (MOCH HARY PRASETYA/BOLASPORT.COM)

Mereka menanyakan waktu tambahan babak kedua yang belum diberikan wasit.

Di sisi lain, terlihat kiper Persija, Andritany Ardhiyasa, terkapar di atas lapangan setelah pertandingan berakhir.

Andritany sepertinya kesulitan bernafas setelah di belakang gawangnya penuh sekali asap hasil cerawat dan kembang api yang dinyalakan oknum pendukung Bali United.

Beruntung tim medis Persija langsung berlari menyelamatkan Andritany untuk memberikan oksigen.

Andritany pun terlihat bisa kembali bangkit dan berjalan ke ruang ganti pemain.

Sementara itu, para pemain Bali United hingga caretaker Bali United, Eko Pudjianto, masih memprotes kepada wasit karena belum memberikan waktu tambahan.

Djumadi Efendi langsung mengambil keputusan bahwa laga sudah selesai dan ia pun masuk ke dalam ruang ganti wasit bersama tiga wasit lainnya.

Persija pun mendapatkan tiga poin dari pertandingan tandang melawan Bali United.

Kemenangan itu membuat Maman Abdurrahman dkk untuk sementara waktu menggeser PSM Makassar di puncak klasemen sementara Liga 1 2018.

Persija saat ini memiliki 59 poin dari 33 pertandingan yang sudah dilakoninya.

Sementara PSM yang duduk di peringkat kedua baru memiliki 57 poin.

Posisi Persija bisa tergeser dari PSM andai tim berjulukan Juku Eja itu berhasil meraih kemenangan melawan Bhayangkara FC.

Laga PSM melawan Bhayangkara FC akan berlangsung di Stadion PTIK, Melawai, Jakarta Selatan, Senin (3/12/2018).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on