Arsene Wenger, Mau Buru Trofi atau Cukup Jadi Guru?

By Syarif Maulana - Senin, 7 Agustus 2017 | 16:26 WIB
Manajer Arsenal, Arsene Wenger, tiba di Allianz Arena menjelang laga babak 16 besar Liga Champions kontra Bayern Muenchen, Rabu (15/2/2017). (CHRISTOF STACHE/AFP)

Wenger datang ke Arsenal seperti seorang guru yang tidak hanya berusaha memberikan pelajaran, tapi juga menertibkan anak-anak bengal.

Sadar bahwa tidak semua pemain – terutama yang senior- suka dengan gayanya, Wenger kemudian lebih banyak membina pemain muda.

Bagi sang guru, lebih mudah membentuk anak dari kelas 1 SD daripada mengubah kebiasaan anak kelas 6 SD.

Di awal-awal masa kepelatihannya, ia merekrut sejumlah pemain meragukan seperti Patrick Vieira, Nicolas Anelka, dan Emmanuel Petit;.

Ia juga mempromosikan pemain dari akademi sendiri, Ray Parlour; dan merekrut sejumlah pemain terkenal tapi bukan kelas satu, seperti Nwankwo Kanu dan Marc Overmars.

Kepelatihan ala “guru” yang diterapkan Wenger kemudian mulai menemui hasil bagi para pemain “nanggung” tersebut.


Legenda Arsenal, Ray Parlour, dalam sesi foto bersama fans di Toko Puma, Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (29/4/2017).(SEM BAGASKARA/BOLA/JUARA.NET)

Vieira, di usianya yang baru 22 tahun, sudah menjadi bagian dari skuad Prancis yang memenangi trofi Piala Dunia 1998.

Petit memang sudah berusia 28 tahun ketika ikut serta bersama Les Bleus pada 1998.

Tapi Wenger membantu transformasi permainannya dari yang semula bek untuk lebih maju menjadi gelandang bertahan.