Persija, Berburu Foto, dan Pesan Perdamaian

By Weshley Hutagalung - Sabtu, 30 September 2017 | 10:06 WIB
Seorang penonton Piala Dunia 2010 meniup terompet khas Afrika Selatan, vuvuzela, di depan foto Nelson Mandela di luar Stadion Moses Mabhida, Durban, pada 7 Juli 2010. (RAJESH JANTILAL/AFP)

Saya beruntung bisa hadir menyaksikan langsung pertandingan Piala Dunia 2010 dan melihat sendiri hasil strategi Nelson Mandela memakai olahraga, dalam hal ini sepak bola dan rugby, untuk membangun negaranya.

Kepada peserta workshop “Berburu Foto Bareng Persija”, saya juga mengingatkan bagaimana Mahatma Gandhi memakai sepak bola sebagai alat untuk belajar memimpin dan menyatukan banyak orang, serta menyampaikan pesan perdamaian.

Kalau Nelson Mandela dan Mahatma Gandhi memakai sepak bola untuk kebaikan, kenapa kita menempatkan olahraga ini sebagai biang ketakutan di tengah  masyarakat?

Tak harus menjadi peserta pelatihan foto dengan memakai Persija sebagai sarana menyampaikan pesan bahwa sepak bola Indonesia tidak identik dengan kekerasan dan kerusuhan.

(Baca Juga: Cincin Pertunangan Pacar Ronaldo Setara dengan 28 Unit Apartemen Meikarta)

Saya dan Anda di mana saja, dengan profesi apapun, bisa ikut terlibat dan memainkan peran penting dalam gerakan sepak bola damai alias football for peace and football for hope.

Mari meyakinkan diri dan orang-orang di sekitar kita bahwa sepak bola memiliki kekuatan berdiplomasi untuk menebarkan pesan perdamaian.

Apa yang menyatukan dua kelompok pendukung tim yang bertanding? Sepak bola dan harapan melihat timnya meraih kemenangan!

Lalu, kenapa kita mengizinkan oknum-oknum memakai sepak bola untuk menebar ketakutan dan kebencian yang menjadi musuh harapan? @weshley