Mohamed Salah dan Konsep Dewa Pemersatu Bangsa Mesir

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Sabtu, 14 Oktober 2017 | 19:31 WIB
Pemain andalan Mesir, Mohamed Salah, mencetak dua gol ke gawang Kongo pada Senin (9/10/2017), yang membuat negaranya bisa unjuk gigi di Piala Dunia 2018. (TWITTER/@MOSALAH22)

Sosok Salah sebagai pemain Mesir paling mentereng di Eropa tentu saja membuatnya menjadi pahlawan tersendiri bagi masyarakat Mesir.

Apalagi ditambah dengan fakta bahwa penampilan Salah bersama Mesir sangat mengkilap dengan torehan 32 gol dari 56 laga yang sudah dijalani pemain berusia 25 tahun tersebut.

Kehadiran Salah seperti menjadi figur yang paling bisa menyatukan masyarakat Mesir saat ini.

Apalagi Salah tak pernah bermain untuk dua klub terbesar Mesir, Al-Ahly dan Zemalek, menjadikan dirinya sosok yang bisa diterima semua pecinta sepak bola Mesir.

Saat membela Fiorentina, Salah memilih untuk mengenakan nomor punggung 74, sebagai penghormatan terhadap 74 korban meninggal tragedi Stadion Port Said, sebuah langkah yang mulia dan tak kontroversial.

Dengan hal-hal tersebut, bagaimana mungkin bangsa Mesir tak mencintai Salah?

Pentingnya sosok Salah di mata masyarakat Mesir bahkan mungkin membuatnya tak perlu tampil baik untuk menjadikan dirinya pahlawan negara.

(Baca Juga: Mencuri Kaki Kanan Ronaldo, Kaki Kiri Maradona, Visi Messi, dan Teknik Zidane)

Sebab, sejatinya sebagai sebuah konsep, seorang pahlawan haruslah lebih hebat daripada dirinya yang sesungguhnya.

Salah, sebagai sebuah konsep pemersatu bangsa, lebih penting daripada Salah sebagai seorang pemain, bak seorang dewa yang bisa menyatukan masyarakat Mesir menjadi satu.