Paul Pogba Percaya Diri, Bukan Arogansi

By Theresia Simanjuntak - Kamis, 9 November 2017 | 07:40 WIB
Ekspresi gelandang Manchester United, Paul Pogba, saat melakukan pemanasan mejelang laga melawan Basel pada ajang Liga Champions 2017-2018 Grup A di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, ada 12 September 2017. (OLI SCARFF/AFP)

Pada rubrik On-Side sebelumnya, saya pernah menulis bahwa bekerja di Tabloid BOLA adalah impian sejak kecil. Setelah lulus kuliah pada April 2011, saya segera berusaha merealisasikannya.

Saya menjatuhkan lamaran di tahun yang sama. Hasilnya, nihil. Seorang teman pernah berkata kurang-lebih seperti berikut.

"Masuk BOLA susah, lho. Teman gue yang punya pengalaman jadi wartawan aja ditolak, gimana lo yang tanpa pengalaman?"

Sementara kebutuhan untuk segera bekerja kian menggunung, saya pun mengesampingkan cita-cita dan menjalani karier yang jauh dari jurnalisme.

(Baca Juga: Mitra Kukar Disanksi Komdis PSSI, Bhayangkara FC Geser Bali United di Puncak)

Pekerjaan pertama saya di bidang marketing. Lalu, saya pindah dan menjadi management trainee.

Namun, keinginan bekerja di BOLA tak kunjung sirna. Hanya dalam setahun setelah lulus, saya beralih ke pekerjaan ketiga. Kali ini, saya bekerja sebagai penulis berita olahraga di situs online.

Terngiang ucapan teman tadi tentang pengalaman, saya menggunakan kesempatan ini untuk mengasah kemampuan menulis dan tentunya memupuk pengetahuan tentang olahraga, khususnya sepak bola.

Singkat cerita, Agustus 2013 saya dengan kepercayaan diri lebih baik kembali melamar ke BOLA.

Pada 1 Desember 2013, saya resmi menjadi bagian keluarga Si Gundul. Pada 6 November 2017, saya menceritakan kisah ini pada pembaca setia BOLA.

Paul Pogba

Ada benang merah antara saya dengan Paul Pogba. Saya tanpa pengalaman belum layak bergabung dengan BOLA pada 2013, pun begitu dengan Pogba selama di Manchester United dari 2009-2012.

(Baca Juga: Terungkap! Arsenal Hampir Boyong Pemain Barcelona Seharga Rp 235 Miliar)

Gelandang asal Prancis itu sulit menembus tim utama yang saat itu dilatih oleh Sir Alex Ferguson.

Mungkin menurut Sir Alex, Pogba masih terlalu hijau untuk rutin bermain bagi tim bertabur bintang, kandidat juara EPL tiap musimnya.

Pogba pun hengkang ke Juventus demi bermain rutin yang berguna untuk mengasah kualitasnya.

Bersama Si Nyonya Tua, gelandang asal Prancis itu menjelma sebagai salah satu pesepak bola muda paling bersinar dengan banyaknya prestasi klub maupun individu yang diraih.

Merasa jauh lebih matang, Pogba kembali ke Old Trafford pada 2016.

"Saya senang kembali bergabung ke United. Saya menikmati waktu di Juventus, tapi rasanya, ini saat yang tepat kembali ke Old Trafford. Klub ini selalu punya tempat spesial di hati," ujar Pogba pada Agustus 2016.

(Baca Juga: Bukan Febri Hariyadi, Inilah Profil Tiga Nomine Pemain Muda Terbaik Liga 1)

United memboyong Pogba seharga 89,3 juta pound, menjadikannya sebagai pembelian termahal di bursa transfer.

Karena angka transfer itu, setiap inci dari diri Pogba selalu mendapat sorotan.

Entah aksi di lapangan maupun fesyen. Kesukaan Pogba bergonta-ganti gaya rambut kerap jadi sasaran media andaikata sang pemain tampil kurang menginspirasi buat United.

Kepercayaan diri Pogba baik dalam hal bermain atau gaya hidup sering dianggap sebagai sikap arogan.

Tak pelak, pemain berusia 24 tahun itu dicap overrated, bukan rekrutan yang benar-benar United butuhkan.

Opini tersebut seharusnya sudah menghilang sekarang. Sejak absen dari pertengahan September lalu karena cedera, Pogba membuktikan dirinya bagian vital dari skuat besutan Mourinho.


Manajer Manchester United, Jose Mourinho (kanan), melempar ban kapten yang sebelumnya dipakai Paul Pogba (kiri), kepada Ashley Young dalam laga melawan Basel pada ajang Liga Champions 2017-2018 Grup A di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, ada 12 September 2017. Pogba Ditarik keluar akibat cedera.(OLI SCARFF/AFP)

Sejak awal Oktober sampai saat ini, United baru menang satu partai EPL. Mereka menelan kekalahan kedua di liga musim ini saat takluk 0-1 dari Chelsea, Minggu (5/11).

Menggunakan pola 3-4-1-2, United kalah total di lini tengah. Chelsea dengan mudahnya masuk ke pertahanan karena praktis cuma Nemanja Matic sendirian sebagai pelapis lini belakang.

(Baca Juga: Bobotoh Persib Bandung Rusak Kursi Stadion Wibawa Mukti, Ini Tanggapan PSSI)

Kreativitas menyerang juga tidak ada. Henrikh Mkhitaryan masih belum menemukan sihirnya seperti di awal musim ini.

Akibat tanpa suplai nyata, Romelu Lukaku sebagai penyerang utama lagi-lagi gagal mengukir gol.

Jelas, Matic, Mkhitaryan, dan Lukaku merindukan kehadiran Pogba yang dapat menularkan kepercayaan diri kepada United.


Kiper Manchester United, David de Gea, melihat bola mengarah ke gawangnya saat tampil melawan Chelsea dalam laga lanjutan Liga Inggris 2017-2018 di Stadion Stamford Bridge, London, pada 5 November 2017.(ADRIAN DENNIS/AFP)

Statistik memperlihatkan United tanpa Pogba cuma bisa membuat tujuh peluang per gim di EPL musim ini. Padahal, bersama Pogba, Manchester Merah dapat membuat 14,8 peluang per partai.

"Saya pikir Pogba adalah kehilangan besar karena arogansi dan kepercayaan dirinya dalam mengolah bola. Lini tengah United tanpanya terlihat tak tahu ke mana harus mengoper bola," ujar eks bintang United yang sekarang menjadi pandit, Gary Neville.

(Baca Juga: Arsenal Bakal Rekrut Gelandang Seharga Rp 313,7 Miliar untuk Gantikan Mesut Oezil)

Melawan Chelsea, United jelas tanpa kepercayaan diri. Namun, sebagai tim yang menargetkan juara EPL, tidak ada alasan buat setiap awak Manchester Merah untuk kembali kehilangan sisi itu.

Karena tanpa kepercayaan diri, mustahil bagi siapa pun dapat merealisasikan tujuan masing-masing.