Ricardo Kaka dan The Age of Heroes Dunia Sepak Bola

By Firzie A. Idris - Selasa, 19 Desember 2017 | 14:35 WIB
Ricardo Kaka (kiri) mengangkat trofi Pemain Terbaik FIFA 2007, bersama para runner up, Cristiano Ronaldo serta Lionel Messi, di Zurich, Swiss, pada 17 Desember 2007. (FABRICE COFFRINI / AFP)

Tiga bek (Cannavaro, Matthaeus, Sammer), empat gelandang (Ronaldinho, Nedved, Figo, Zidane), sembilan penyerang (Shevchenko, Ronaldo, Rivaldo, Owen, Weah, Stoitchkov, Baggio, Van Basten, Papin) menjadi pemain terbaik dalam 27 tahun terkahir.

Sekarang kita hanya melihat nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Duopoli mereka tentu sangat wajar. Di satu sisi kita harus mensyukuri fakta bahwa kita semua sekarang sangat beruntung untuk menyaksikan langsung kedua megabintang tersebut merambah lapangan hijau.

Kebintangan mereka tak terbantahkan.

Mungkin dunia tak akan melihat pemain sehebat mereka lagi walau kita hidup 100 tahun sekali pun.

Namun, betapa berwarnanya dunia sebelum Kaka.


Fabio Cannavaro (kiri) dan Alessandro Del Piero menunjukkan ekspresi kecewa saat Juventus melawan Catania pada partai Serie A, kasta pertama Liga Italia, di Stadion Massimino, 2 Mei 2010.(MARCELLO PATERNOSTRO/AFP)

Cannavaro adalah contoh terbaik. Bek mungil itu memenangkan trofi Ballon d'Or setelah mengapteni Italia ke gelar Piala Dunia 2006.

Bek tangguh itu juga menjadi pemain tertua yang menjuarai penghargaan ini dalam usianya yang 33 tahun.

Sebagai perbandingan, Raphael Varane hanya finish peringkat enam di daftar voting Ballon d'Or 2017 setelah membawa Real Madrid juara Liga Champions.