Mengais Jejak Ronaldo di Manado

By Ram Makagiansar - Jumat, 30 Maret 2018 | 20:50 WIB
Ronaldo Luiz Nazario, pahlawan Brasil di Piala Dunia 1994 dan 2002 (Grafis: Andreas Joevi)

Mereka hadir lewat turnamen Piala Opa E.A Mangindaan, ayah Gubernur, mantan pelatih PSM dan PSSI  yang juga salah satu saksi berdirinya PSSI di Solo era Soeratin.

Pelita Jaya Jakarta, Mitra Surabaya, Persebaya, dan PSM serta Gelora Dewata Bali meramaikan hajatan atau turnamen prakompetisi. Euforia pun mulai tercipta menyusul eksisnya Tim Badai Biru, sebutan Persma. 

Di sinilah sejarah pertama tercipta. Usai prakompeisi, kedatangan PSV Eindhoven dari Belanda menjadi pemicunya.

Wajar, dalam tim tersebut bercokol pemain muda Brasil yang belakangan menjadi Pemain Terbaik Dunia 3 kali, Ronaldo Luis Nazario de Lima. Saat itu, ia baru menginjak usia 18 tahun.

Tak hanya Ronaldo, ada Luc Nillis (Belgia) dan segerombolan pemain muda Belanda yang sempat menjadi pilar De Oranje.

Sebut saja Boudewijn Zenden, Phillip Cocu, dan senior macam Wim Jonk, Stan Valks, serta duo kiper Ronald Waterreus dan Stanley  Menzo.

Tukang racik tim adalah Dick Advocaat dan orang Denmark, Frank Arnesen, sebagai manajer tim.

(Baca Juga: Media Asing Beritakan Persiapan Timnas U-19 Indonesia Jelang Piala Asia U-19)

Di Surabaya, Ronaldo tak bermain membela PSV, ia hanya beraksi di Manado.

Meski panitia harus bernegosiasi alot dengan manajemen PSV, akhirnya Ronaldo diizinkan.