Dieksploitasi Televisi? Lebih Baik Aku Mati Saja

By Kamis, 26 April 2018 | 18:23 WIB
Kapten Liverpool, Steven Gerrard, mencium kamera televisi setelah mencetak gol kedua timya kontra Manchester United di laga Liga Inggris yang bergulir di Stadion Old Trafford, Manchester, pada 16 Maret 2014. (PAUL ELLIS/AFP)

Konyol, bukan?

Imbas negatif dari kenyataan ini bukan sekadar kebingungan suporter hendak meluangkan waktu pada hari apa dan pukul berapa.

Bijak bestari berucap, kurang cakap merencanakan berarti mempersiapkan kegagalan, dan tampaknya PSSI dan PT LIB punya masalah menahun.

Kekacauan penjadwalan yang dirancang sejak jauh hari pun akan membuat persiapan semua tim yang berkompetisi akan terganggu, apalagi ini semrawut yang disengajakan terjadi secara mendadak di tengah musim.

Match preparation yang sudah disusun bersama oleh staf kepelatihan seringkali buyar tak berefek pada tim karena jadwal pertandingan tiba-tiba diubah.

Sepengetahuan saya belum ada pelatih (atau pihak klub) yang se-nyinyir Robert Rene Alberts dalam hal penjadwalan kompetisi.


Pelatih PSM Makassar, Robert Rene Alberts. (FERNANDO RANDY/BOLASPORT.COM )

Pelatih PSM tersebut diketahui mengunggah kegeramannya di media sosial terkait penundaan Liga 1 selama berminggu-minggu tetapi bila kita kita bertanya kepada Jurgen Klopp, penjadwalan harus sesempurna mungkin hingga menyentuh jam sepak mula.

“Kami bermain pada Rabu malam pukul 7.45 dan Sabtu siang pukul 12.30. Tim satunya (yang dihadapi Klopp pada Rabu malam) baru berpeluh lagi pukul 5.30 sore. Bisakah kau membayangkan seberapa besar perbedaan dalam lima jam tersebut?," tutur Juergen Kloppp.

"Itu berarti segalanya karena menyangkut persiapan dan pemulihan tim. Kami harus melakukan (laga itu) dan menyajikan (yang terbaik). Aku tidak suka itu," lanjutnya.

Bahkan penjadwalan di liga-liga besar Eropa yang sudah saklek—full matchweek di akhir pekan untuk memberi tempat bagi kompetisi kontinental di tengah pekan- pun masih selalu dikonfrontir para manajer yang enggan disetir pemegang hak siar.

Mengacu pada ucapan Klopp, masa persiapan tim bisa menentukan bagaimana tim akan menyikapi sebuah pertandingan (taktik, pemilihan pemain, dsb.) dan masa pemulihan tim bisa mempengaruhi keberlanjutan (sustainability) keseluruhan skuat.

Dua hal ini seharusnya bukan merupakan domain entertainment, jadi jika pemegang hak siar berani “mengaduk-aduk” domain olahraga tersebut, kita bisa mengatakan sepak bola telah takluk oleh Orde Media.

Pelatih, selaku pemegang kuasa olahraga di kasus ini pantas berang bila ada “antek” industrialis yang mengancam maslahat timnya.

Bila memang perlu, kata-kata pedas dapat dilontarkan ke publik, seperti Jurgen Klopp berikut, “Ini tidak sempurna. Kami menerimanya tapi jika aku tidak boleh marah tentang hal semacam ini, maka (lebih baik) aku mati,” tukasnya di The Guardian.

@najmul_ula