Tidak Usah Kaget dengan Pencoretan Leroy Sane

By Lariza Oky Adisty - Selasa, 5 Juni 2018 | 11:30 WIB
Pelatih Jerman, Joachim Loew (kiri), berbicara dengan Leroy Sane dalam sesi latihan di Evian-les-Bains, Prancis pada 7 Juni 2016. (PATRIK STOLLARZ/AFP)

Keputusan pelatih timnas Jerman, Joachim Loew, untuk tidak memanggil bintang Manchester City, Leroy Sane, ke Piala Dunia 2018 membuat banyak pihak terkejut.

Dalam konferensi pers pengumuman skuat Jerman, Senin (4/6/2018) sore WIB, Loew mengatakan bahwa dia sempat sulit memilih antara Leroy Sane dan Julian Brandt.

Leroy Sane dan Julian Brandt sangat berkualitas dan lihai menggiring bola. Julian Brandt bermain sangat baik di Piala Konfederasi dan di sesi latihan. Sementara Leroy Sane sangat berbakat, tetapi dia belum meyakinkan,” kata Loew seperti dikutip Bolasport.com dari Kicker.

Keputusan tersebut membuat banyak pihak terkejut mengingat Sane sangat bersinar pada musim 2017-2018 bersama Manchester City.

(Baca juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Timnas Jerman di Fase Grup)

Catatan 14 gol dan 19 assist di semua kompetisi, serta gelar Pemain Muda Terbaik Liga Inggris, sudah cukup membuktikan kegemilangan Sane musim lalu.

Adapun Brandt “cuma” mencetak 12 gol dan 7 assist. Jelas jauh dari catatan Sane.

Dua pemain senior yang dipilih Loew, Julian Draxler dan Marco Reus, juga tidak bagus-bagus amat di level klub musim ini.

Seharusnya tidak ada alasan dong bagi Joachim Loew untuk mencoret Leroy Sane dan memilih nama-nama di atas. Betul, tidak?

Reaksi media daring internasional terhadap keputusan Loew pun beragam.

Setidaknya ada tiga portal berita yang menggunakan kata “shocker” alias mengejutkan saat memberitakan pencoretan Sane.

Tidak sedikit juga yang langsung mengatakan keputusan Loew keliru.

Michael Ballack, mantan kapten timnas Jerman, bahkan menulis bahwa Loew menempatkan dirinya sendiri dalam posisi sulit.

“Pemain muda terbaik Liga Inggris kok ditinggal. Jogi sehat?,” begitu bunyi cuitan Ballack usai pengumuman.

Michael Ballack adalah idola saya sejak di bangku kelas 2 SMP, tetapi kali ini saya harus tidak setuju dengan pendapatnya.

Ada beberapa faktor yang membuat keputusan Joachim Loew itu bisa dipahami, setidaknya untuk saat ini.

Rekam jejak Loew menunjukkan bahwa dia bukan pelatih yang mementingkan performa di level klub untuk memilih pemain.

Bagi Loew, hal terpenting ialah pemain yang dia pilih memang cocok untuk skema yang dia terapkan.

Bukan sebaliknya, ketika strategi tim harus menyesuaikan dengan karakter pemain.

Seperti dikutip dari Bundesliga.com, formasi 4-2-3-1 yang menjadi andalan Loew butuh pemain yang bisa merebut bola dari lawan sekaligus menggerakkan permainan tim dan sanggup bertukar posisi dengan pemain di depannya.

Leroy Sane belum menunjukkan hal tersebut pada penampilannya berseragam Jerman.

(Baca juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)

Statistik 12 penampilan tanpa gol Sane di tim nasional pun jadinya bukan sekadar masalah produktivitas, tapi menunjukkan bahwa dia belum sanggup beradaptasi dengan skema yang dipasang Loew.

Ketimbang memaksa mengubah strategi untuk satu pemain, keputusan Loew untuk memanggil pemain yang memang bisa dan cocok dengan skemanya jadi masuk akal.

Kalau kekalahan 1-2 Jerman dari Austria pada Sabtu lalu bisa memberikan indikasi tentang tim mereka, hal itu adalah Jerman butuh pemain-pemain yang sudah paham dengan taktik dan skema Loew kalau mereka mau mempertahankan gelar juara dunia di Rusia 2018 nanti.

Dalam kondisi fit, Marco Reus bisa mengisi kebutuhan di sayap Jerman dengan baik sesuai yang dibutuhkan Loew.

Duo Julian, Draxler dan Brandt, pun ternyata dinilai Loew sudah layak dipercaya saat tampil di Piala Konfederasi 2017, turnamen yang dilewatkan Sane karena dia memilih menjalani operasi hidung.

Bicara soal Piala Konfederasi 2017, Joachim Loew mengatakan kalau dia tidak menyimpan kekesalan karena Leroy Sane memilih absen saat itu.

Saat itu, Loew hanya menyayangkan Sane tidak memanfaatkan turnamen seperti Piala Konfederasi 2017 untuk membuat dirinya makin nyetel dengan tim.

Saya sendiri percaya bahwa keputusan Sane itu turut memengaruhi penilaian Loew.

Di balik sosoknya yang cool dan necis itu, Loew bukan figur yang bisa tunduk begitu saja oleh pemainnya.

Michael Ballack sudah merasakan tabiat Loew. Sejak 2002, Ballack bisa dikatakan salah satu tulang punggung Jerman sekaligus kapten dan jenderal tim usai melewati keterpurukan pada Piala Dunia 2010.

Toh, Loew tidak segan mencopot jabatan kapten dari lengan Ballack dan menutup pintu tim nasional jelang Piala Eropa 2012 setelah “berebut” status tersebut dengan Philipp Lahm, yang menggantikannya saat cedera.

Kasarnya, tidak usah banyak tingkah aneh-aneh deh di depan Loew.

Absennya Sane bisa diartikan Jerman kehilangan satu opsi yang cocok jadi game changer, terutama kalau mereka lolos ke fase gugur.

Keputusan Loew itu bisa saja nantinya berbuah pahit dan membuatnya jadi bahan sorotan seandainya Jerman gagal bicara banyak di Piala Dunia 2018.

Namun, sebelum momen itu terjadi, mungkin kita tidak perlu terkejut-terkejut amat dengan keputusan Joachim Loew mencoret Leroy Sane.