Sepak Bola Indonesia Belum Pantas untuk Loyalis seperti Haringga Sirla

By Muhammad Robbani - Selasa, 25 September 2018 | 12:01 WIB
Sepak bola Indonesia kembali berduka atas meninggalnya Haringga Sirla yang ingin menyaksikan laga Persib vs Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Minggu (23/9/2018). (NDARU GUNTUR/BOLASPORT.COM)

Saat itu Persib diputuskan dihukum menjalani lima laga tanpa dukungan suporternya.

(Baca juga: Menpora Berduka atas Kematian Ricko)

Kemudian hukuman itu diralat, bahwa laga-laga Persib tetap bisa disaksikan oleh penonton dengan syarat tak mengenakan atribut.

Dari sini, pihak yang bersalah tak akan pernah bisa belajar karena hukuman yang mereka dapatkan suatu waktu bisa diubah.

Padahal, kasus kematian Ricko Andrean saat itu bukanlah yang pertama kali terjadi akibat rivalitas bobotoh dan The Jak Mania.

Kedua belah pihak suporter juga perlu bersikap dewasa dan tak gengsi untuk saling memaafkan atas kesalahan di masa lalu.

Sejatinya, kedua kelompok suporter ini saling bersahabat sebelumnya.

Kabar baik sempat berhembus saat ketegangan kedua kelompok suporter sempat mereda setelah kematian Ricko Andrean.

Beberapa pihak dari kedua suporter saat itu merasa pertikaian mereka sudah salah arah.

(Baca juga: Perdamaian The Jakmania dan Bobotoh di Bekasi, Semoga Jadi 'Virus')


Bobotoh dan The Jakmania menyampaikan pesan damai 1.000 lillin di depan Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jumat (28/7/2017) malam.a ( Dok. Persija Pers )

(Baca juga: Bung Ferry Ingin The Jakmania dan Bobotoh Segera Berdamai)

Sayangnya, insiden memanas kembali di kalangan akar rumput akibat perselisihan di dunia maya yang merambat ke dunia nyata. Hingga akhirnya kini memakan korban jiwa lagi. 

Jika pihak-pihak terkait tak pernah mau belajar, maka sepak bola di negeri ini memang tak pantas untuk seorang loyalis seperti Haringga Sirla, Ricko Andrean, dan mereka semua yang telah mendahului kita. 

Soalnya, permasalahan ini hanya salah satu dari sekian banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi dari sepak bola Tanah Air.

Meski begitu, suporter bisa setia dengan suatu klub atau tim yang didukungnya, meski sepak bola Indonesia kekeringan prestasi.