Timnas Indonesia Butuh Pelatih, Tak Perlu Jose Mourinho, Cukup Sekelas Park Hang-seo

By Taufik Batubara - Selasa, 18 Desember 2018 | 21:41 WIB
Sejumlah pemain Timnas Indonesia seperti Zulfiandi, Dedik Setiawan, Ricky Fajrin, Stefano Lilipaly, Riko Simanjuntak, I Putu Gede Juni Antara (dari kiri ke kanan) berduka sesuai menghadapi Timnas Filipina pada laga pamungkas fase grup Piala AFF 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/11/2018). ( FERI SETIAWAN/BOLASPORT.COM )

Berita pemecatan Jose Mourinho sebagai pelatih Manchester United, Selasa (18/12/2018), menjadi viral.

Berita tentang Timnas Indonesia yang sedang mencari pelatih juga masih cukup hangat.

Ketika nama Jose Mourinho dan Timnas Indonesia mencuat, terkenang kembali impian Menpora Imam Nahrawi lebih dua tahun lalu.

Ya, apalagi kalau bukan keinginan Imam Nahrawi mendatangkan Jose Mourinho ke Tanah Air untuk melatih Timnas Indonesia.


Jose Mourinho dipecat sebagai pelatih Manchester United, 18 Desember 2018. ( www.manutd.com )

"Wacana ini sudah didiskusikan dengan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir, walau memang bukan perkara mudah," ujar Imam Nahrawi di Kemenpora, Jakarta, Senin (9/5/2016).

Imam Nahrawi beralasan, pelatih kelas dunia seperti Jose Mourinho diwacanakan untuk mendongkrak Timnas Indonesia agar berprestasi di level internasional.

Namun, pada saat yang sama Imam Nahrawi juga ragu pada Jose Mourinho karena belum berpengalaman melatih timnas.

Oleh karena itu, Imam Nahrawi membuat alternatif kedua dengan mengusulkan Guus Hiddink, karena pernah melatih Timnas Belanda, Korea Selatan, Australia, Rusia, dan Turki.

Selain belum berpengalaman melatih timnas, kala itu Imam Nahrawi juga mengungkapkan, "Nilai kontrak Mourinho diperkirakan Rp 250 miliar untuk satu tahun, sedangkan Hiddink masih ada di bawahnya."

Walhasil, wacana hanya tinggal wacana, meski niat untuk memperbaiki Timnas Indonesia itu tetap patut diapresiasi.

PSSI akhirnya kembali memilih Alfred Riedl dari Austria untuk periode ketiga setelah 2010-2011 dan 2013-2014.

Pada periode pertama, 2010-2011, Alfred Riedl berhasil membawa Timnas Indonesia hingga ke final Piala AFF 2010, tetapi kalah dengan skor agregat 2-4 dari Timnas Malaysia.

Pada periode kedua, 2013-2014, Alfred Riedl gagal meloloskan Timnas Indonesia ke fase knockout Piala AFF 2014.

PSSI dan komite eksekutifnya memang agak "unik" dalam mencari pelatih Timnas Indonesia.

Tahun 2016, Alfred Riedl kembali ditunjuk menangani Timnas Indonesia.

Pelatih yang kini berusia 69 tahun itu berhasil membawa Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2016, namun kalah dengan skor agregat 2-3 dari Thailand, sehingga harus kembali dipecat.

PSSI kemudian sempat mendatangkan Luis Milla dari Spanyol dengan segudang harapan.

Dibayar dengan gaji sangat tinggi, bahkan tertinggi di antara para pelatih timnas Asia Tenggara, Luis Milla gagal mempersembahkan trofi kepada Timnas Indonesia.

Namun, banyak publik yang memuji Luis Milla karena dinilai telah meletakkan dasar-dasar sepak bola modern ke Timnas Indonesia, termasuk di level juniornya.

Luis Milla tak mau menerima tawaran PSSI untuk melanjutkan tugas sebagai pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, karena merasa telah dikecewakan.

Akhirnya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Bima Sakti terpaksa menerima tongkat pelatih itu, yang berujung pada tersingkirnya Timnas Indonesia di fase penyisihan grup.

Ketersingkiran Timnas Indonesia itu memperpanjang mimpi meraih gelar Piala AFF untuk pertama kali, karena setelah 5 kali melaju ke final hanya mampu menjadi runner-up.


Stefano Cugurra belum mampu membawa Persija Jakarta sukses di ajang Asia. ( FERI SETIAWAN/BOLASPORT.COM )

Isu Teco

Di antara Jose Mourinho yang viral dan Timnas Indonesia yang masih hangat itu, ada satu kata yang terarsir jelas, yakni pelatih.

Para stakeholder sepak bola Indonesia barangkali harus berpikir lebih realistis dalam mencari pelatih.

Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono telah menetapkan tanggal pengumuman pelatih baru Timnas Indonesia.

“PSSI akan ambil keputusan pelatih baru pada 20 Desember atau paling lambat sampai 20 Januari,” kata Joko Driyono di Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/12/2018).

Belum jelas siapa kandidat kuat pelatih baru Timnas Indonesia itu.

Publik hanya bisa berspekulasi, kalau tidak Stefano Cugurra, ya Robert Rene Alberts.

Kontrak Stefano Cugurra sebagai pelatih Persija Jakarta akan berakhir 31 Desember 2018.

Namun, hingga kini belum ada bau yang tercium tentang perpanjangan kontrak pelatih asal Brasil yang akrab disapa Teco itu.

Robert Rene Alberts dikontrak PSM Makassar sebagai pelatih sejak 1 Juni 2016.

Pada November 2017, PSM Makassar memperpanjang kontrak pria asal Belanda itu hingga 4 tahun berikutnya atau sampai 2021.

Dari dua nama itu, tampaknya Teco menjadi favorit pelatih Timnas Indonesia.

Pasalnya, publik curiga kenapa pemilik Persija belum juga memperpanjang kontrak Teco, yang berhasil mempersembahkan gelar juara Liga 1 2018.

Joko Driyono bersama Kokoh Afiat adalah pemilik Persija melalui PT Jakarta Indonesia Hebat (JIH).

Sebanyak 95% saham PT JIH dikuasai pria yang akrab disapa Jokdri itu.

PT JIH merupakan pemegang saham mayoritas PT Persija Jaya Jakarta, yaitu 80%.

Koneksi sebagai pemilik Persija dan "penguasa" PSSI itulah yang memberi Jokdri peran besar dalam menentukan ke mana arah Teco dan Timnas Indonesia.


Pelatih Timnas Vietnam Park Hang-seo tos pemainnya, Van Toan, yang mencetak gol pembawa sukses ke semifinal sepak bola putra Asian Games 2018, Senin (27/8/2018) malam WIB. ( VNEXPRESS.NET )

Best Practice Vietnam

Timnas Indonesia butuh pelatih, tapi tak perlu lagi mewacanakan Jose Mourinho, cukup sekelas Park Hang-seo.

Kenapa Park Hang-seo?

Park Hang-seo contoh best practice yang dilakukan Vietnam.

Pria Korea Selatan berusia 59 tahun itu ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia pada 29 September 2017.

Mirip Luis Milla, Park Hang-seo juga diminta menangani Timnas U-23 Vietnam, yang berhasil menyentuh final Piala Asia U-23 2018 untuk pertama kali dalam sejarah.

Park Hang-seo berhasil mempersembahkan gelar runner-up Piala Asia U-23 2018 plus penghargaan fair play kepada Timnas Vietnam.

Saat kembali ke tanah Vietnam, Park Hang-seo disambut dan dipuja-puji sebagai pahlawan sekaligus juara karena di final Piala Asia U-23 itu Timnas Vietnam hanya kalah 1-2 dari Uzbekistan, itu pun melalui perpanjangan waktu.

Park Hang-seo kembali banjir pujian karena berhasil membawa Timnas U-23 Vietnam ke semifinal dan finis di urutan keempat Asian Games 2018 di Indonesia untuk pertama kali dalam 56 tahun.

Pada 15 Desember 2018, Park Hang-seo berhasil membawa Timnas Vietnam menjuarai Piala AFF 2018 setelah menekuk Malaysia dengan skor agregat 3-2 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi.

Itu adalah gelar regional pertama Timnas Vietnam dalam 10 tahun.

Sejak disentuh Park Hang-seo, Vietnam kini menjadi tim yang sulit ditaklukkan.

Namun, Vietnam kini agak cemas karena The Korea Times mengeluarkan peringatan bahwa banyak klub di Korea Selatan yang menginginkan Park Hang-seo pulang kampung.

"Timnas Vietnam kini menghadapi masalah untuk mempertahankan Park Hang-seo karena muncul banyak klub Korea yang tertarik kepadanya," tulis The Korea Times.

Apalagi, Timnas Vietnam sangat butuh Park Hang-seo untuk menghadapi Piala Asia 2019 yang digelar di Uni Emirat Arab, 5 Januari–1 Februari 2019.

Timnas Vietnam berada di Grup D bersama Iran, Irak, dan Yaman.

Timnas Indonesia hanya menjadi penonton turnamen terbesar Asia ini karena didiskualifikasi pada fase Kualifikasi Piala Asia 2019 tahun 2015 akibat terkena sanksi FIFA.

Kebetulan, Timnas Indonesia satu grup dengan Vietnam dalam kualifikasi kala itu.

Jika Park Hang-seo sukses di Piala Asia 2019, Park Hang-seo akan benar-benar menjadi legenda sepak bola Vietnam.

Setelah itu, Timnas Vietnam akan bertemu Korea Selatan dalam Piala Super antara juara Asia Tenggara dan juara Asia Timur pada Maret 2019.

Kalau mau sedikit kembali merujuk ke prakondisi calon pelatih Timnas Indonesia versi Imam Nahrawi, Park Hang-seo atau minimal sekelasnyalah yang ideal karena punya pengalaman melatih timnas, tepatnya Timnas U-23 Korea Selatan tahun 2002.

Robert Rene Alberts juga pernah melatih timnas, tetapi di level lebih junior, yaitu Timnas U-19 Korea Selatan tahun 2002-2004 dan Timnas U-19 Malaysia tahun 2007.

Bagaimana Teco?

Pria berumur 44 tahun ini belum pernah mengasuh timnas.