Kisah Pilu di Balik Kesuksesan Luka Modric, dari Korban Pemberontakan hingga Rumah Dibakar

By Muhammad Shofii - Selasa, 17 Juli 2018 | 17:52 WIB
Gelandang timnas Kroasia, Luka Modric, melakukan selebrasi setelah mencetak gol dari titik penalti ke gawang Nigeria pada laga penyisihan Grup D Piala Dunia 2018 di Kaliningrad Stadium, Sabtu (16/6/2018) waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. ( PATRICK HERTZOG / AFP )

Tapi kini Hajduk Split boleh jadi menjadi pihak yang paling menyesal dengan keputusannya.

Setelah memulai karier dan menandatangani kontrak dengan sang pesaing, Dinamo Zagreb, Modric menjadi juara Liga Kroasia tiga kali, dua kali juara Piala Kroasia dan satu kali memenangi Piala Super Kroasia.

Modric kemudian pindah ke Tottenham Hotspur di mana ia menjadi andalan dan kunci kebangkitan klub London Utara, dengan menorehkan 159 penampilan.

Mantan manajer Spurs, Harry Redknapp menggambarkannya sebagai:

"Neraka bagi musuh dan mimpi seorang manajer. Dia berlatih kesetanan dan tidak pernah mengeluh."

"Ia akan bekerja dengan dan tanpa bola di lapangan dan bisa mengalahkan pemain belakang dengan tipuan atau dengan umpan."

"Dia bisa masuk ke tim mana pun di empat besar."

Pada tahun 2012 Modric menandatangani kontrak dengan Real Madrid, di mana ia dengan cepat memantapkan dirinya di tim utama di bawah asuhan Carlo Ancelotti, dan kemudian Zinedine Zidane yang di akhir musim 2017/2018 mengangkat trofi Liga Champions untuk tahun ketiga berturut-turut.

(Baca juga: Beredar Foto Mohamed Salah Liburan di Pantai dengan Wanita Seksi, Publik Langsung Dibikin Geram)

Tak heran bila Modric tampak emosional ketika Kroasia menang 2-1 atas Inggris di semifinal Piala Dunia 2018.

Kini ia siap mencapai level yang lebih tinggi, menjadi juara baru di ajang berikutnya.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on