Rekam Jejak Habil Marati di Sepak Bola, Gagal Jadi Ketua Umum PSSI hingga Tunggak Gaji Dokter Timnas

By Taufan Bara Mukti - Rabu, 12 Juni 2019 | 17:53 WIB
Habil Marati, terduga donatur para eksekutor kerusuhan 21 dan 22 Mei 2019 yang pernah aktif jadi manajer timnas Indonesia. (Kolase Kompas TV dan Antara)

BOLASPORT.COM - Nama Habil Marati, mantan manajer timnas Indonesia, tengah menjadi sorotan setelah ditetapkan sebagai tersangka perencanaan pembunuhan 4 tokoh nasional.

Keterlibatan Habil Marati dalam kasus perencanaan pembunuhan 4 tokoh nasional diungkap oleh pihak kepolisian.

Pada sesi konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Selasa (11/6/2019), polisi membeberkan fakta-fakta soal kasus rencana pembunuhan empat tokoh nasional.

Keempat tokoh tersebut adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Baca Juga: Kekalahan Telak dari Yordania Bisa Rugikan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022

Dituturkan pihak kepolisian, Habil Marati berperan dalam kasus kepemilikan senjata api dengan motif pemufakatan jahat untuk melakukan rencana pembunuhan.

Selain itu, Habil juga diketahui memberikan sejumlah uang yang kemudian dibelikan senjata untuk mengeksekusi keempat tokoh tersebut.

"Tersangka kedelapan yang kami amankan adalah saudara HM (Habil Marati)," ucap Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary Syam Indradi seperti dikutip BolaSport.com dari Tribun Medan.

"Jadi uang yang diterima tersangka KZ berasal dari HM. Maksud tujuan untuk pembelian senjata api, juga memberikan uang Rp60 juta langsung kepada HK untuk biaya operasional dan juga pembelian senjata api," katanya menambahkan.

Habil pun diamankan oleh pihak kepolisian pada 29 Mei 2019 di rumahnya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Sebelum tertangkap, politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut pernah menjadi manajer timnas Indonesia pada ajang Piala AFF 2012.

Namun perjalanannya mengelola timnas Indonesia terbilang singkat menyusul kegagalan Tim Garuda di ajang tersebut.

Diangkat menjadi manajer sejak Agustus 2012, Habil dicopot pada 5 Desember 2012.

Saat itu, langkah Irfan Bachdim dkk terhenti di penyisihan Grup B.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Gian Zola Tak Ikut Timnas U-23 Indonesia TC di Bali

Indonesia harus puas berada di peringkat ketiga dengan 4 poin usai menahan imbang Laos 2-2, menang 1-0 atas Singapura, dan kalah 0-2 dari Malaysia.

Walhasil, pada Desember 2012 federasi sepak bola Indonesia (PSSI) memberhentikan Habil Marati dari posisi manajer timnas Indonesia.

"Mulai hari ini saya resmi tidak menjabat sebagai manajer timnas. Hal ini tidak masalah bagi saya, bahkan kalau dipertahankan pun saya memilih mundur," tutur mantan manajer timnas Indonesia, Habil Marati, dilansir BolaSport.com dari Tribunnews, Rabu (5/12/2012).

PSSI.ORG
Starting XI timnas Indonesia saat uji coba melawan Myanmar.

Dilansir BolaSport.com dari Tirto, kiprah Habil Marati di persepakbolaan Indonesia diduga bermula pada sekitar 2002.

Habil yang kala itu menempuh studi Magister Manajemen di Universitas Sumatera Utara ditunjuk sebagai Penasihat PSSI Sumut periode 2002-2005.

Dari posisi itu, Habil dekat dengan mantan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin yang kala itu menjadi Ketua Komisi Daerah (Komda) PSSI Sumut.

Baca Juga: Demi Piala AFC, PSM Makassar Minta Laga Kontra Arema FC Dijadwal Ulang

Namun keduanya berpisah ketika Djohar diangkat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI Pusat.

Habil dan Djohar kembali dipertemukan di dunia sepak bola pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2011.

Karut-marut di internal PSSI kala itu memaksa mereka harus menggelar KLB untuk membentuk kepengurusan baru.

Habil dan Djohar sama-sama maju menjadi calon Ketua Umum PSSI periode 2011-2015.

"Target saya tahun 2018 timnas Indonesia bisa tampil di Piala Dunia, untuk itu saya akan memperhatikan pemain usia dini yang akan disiapkan menjadi pemain yang andal agar target 2018 bisa tampil di Piala Dunia tercapai," ucap Habil Marati di Sekretariat PSSI, dilansir BolaSport.com dari Tribunnews, Selasa (3/5/2011).

Djohar Arifin justru yang akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PSSI setelah memperoleh 61 suara.

Meski kalah suara dari Djohar, toh Habil masih mendapat tempat mengurusi sepak bola Indonesia.

HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET
Mantan Ketua Umum (Ketum) PSSI 2011-2015, Djohar Arifin Husin (paling kiri), sedang memaparkan visi

Djohar menarik Habil sebagai manajer timnas Indonesia di Piala AFF 2012 yang hanya sekitar empat bila ia emban.

Selain gagal mengantar timnas Indonesia berprestasi, Habil juga mendapat sorotan karena tak memenuhi kewajibannya sebagai manajer.

"Lima bulan gaji saya tidak dibayarkan sesuai kontrak dengan PSSI, bahkan peralatan medis yang saya beli dengan uang pribadi demi kepentingan para pemain di timnas pun belum diganti oleh manajemen," ujar Matias Ibo dilansir BolaSport.com dari Tribun Medan, Kamis (1/11/2012).

Baca Juga: NK Lokomotiva Zagreb, Klub Kroasia yang Harus Menunggu 6 Bulan untuk Undang Trial Hambali Tholib

Belum lagi masalah pemilihan pemain timnas Indonesia yang amburadul karena dualisme kompetisi yang terjadi di internal PSSI kala itu.

Timnas Indonesia juga diperkuat pemain-pemain naturalisasi yang kurang meyakinkan seperti Tonnie Cussel dan Johny van Beukering.

Setelah tak lagi menangani timnas, Habil masih aktif di persepakbolaan Indonesia dan berencana membeli klub Persibo Bojonegoro.

Namun pembelian itu tak kunjung menjadi kenyataan hingga kini Habil lebih aktif di dunia politik.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Apakah Irfan Bachdim bisa menjadi pembedapada laga Yordania vs Indonesia? . #irfanbachdim #timnas #timnasindonesia #timnasday #gridnetwork

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on