Hendra Setiawan Baru Menang 2 Kali atas Kevin Sanjaya, tetapi...

By Delia Mustikasari - Kamis, 14 Mei 2020 | 16:40 WIB
Pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di podium Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (19/1/2020). (BADMINTON INDONESIA)

BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan, mengakui bahwa Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo sebagai salah satu rival terberat sepanjang kariernya.

"Diakui atau tidak, suka atau tidak, mereka yang terbaik saat ini. Mereka yang tercepat dan serangannya bagus," kata Hendra Setiawan dilansir BolaSport.com dari Djarumbadminton.

"Selama bertemu mereka, saya baru dua kali menang. Di Indonesia Open 2015 dan Malaysia Open 2016. Sisanya kalah! Ha-ha-ha. Tetapi, saya yakin, suatu saat di waktu yang tepat, kami bisa mengalahkan mereka," ucap Hendra Setiawan.

Tetapi, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo bukan satu-satunya lawan berat bagi Hendra. Ada beberapa lawan dari negara lain yang juga sulit untuk dikalahkan,

Baca Juga: Kento Momota Tunjukkan Progres Luar Biasa dalam Penyembuhannya

Pria berusia 35 tahun ini menyebut lima pasang ganda putra. Pertama adalah pasangan ganda putra Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia)

"Saya takut kalau bertemu Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Seram. Saya susah banget mengalahkan mereka. Saya ingat, di Kejuaraan Dunia 2007, mereka juga jadi tuan rumah," ucap Hendra.

"Untungnya, kami beda blok dan mereka kalah sama Jepang, Shuichi Sakamoto/Shintaro Ikeda."

Hendra yang saat itu bertandem dengan Markis Kido akhirnya keluar sebagai Juara Dunia 2007.

"Hingga Olimpiade Beijing 2008, kami tak juga menang-menang melawan Koo/Tan. Tujuh pertemuan, kami selalu kalah. Meski jadi unggulan pertama pada Olimpiade 2008, saya berharap tidak bertemu dengan Koo/Tan dan undiannya terpisah," aku Hendra.

"Ternyata pada babak delapan besar harus bertemu. Dan untuk pertama kali, kami menang di situ dan rekor pertemuan kami jadi 1-7."

Menurut Hendra, rekor selalu menang atas Kido/Hendra mungkin membuat Koo/Tan agak terlalu percaya diri.

Baca Juga: Program Latihan Ganda Putri Indonesia Diatur Ulang karena Wabah Covid-19

"Saya juga lebih ngotot dari biasanya. Jadi bisa melewati mereka. Mereka pasangan paling komplet dari segi permainan. Defense bagus dan menyerang juga sama bagusnya. Bisa dibilang mereka musuh bebuyutan kami ha-ha-ha," aku Hendra.

Selanjutnya ada ganda putra China, Cai Yun/Fu Haifeng, yang menjadi lawan Kido/Hendra pada partai final Olimpiade Beijing 2008.

"Pada gim pertama, kami kalah. Pada gim kedua, kami pasrah. Saat itu, Mas Sigit (Pamungkas pelatih ganda putra) teriak jangan nyerah, jangan nyerah karena dari segi strategi tentu sudah tidak akan bisa masuk lagi, kami sudah habis digebukin pada gim pertama," tutur Hendra.

"Mungkin karena mereka terlalu percaya diri setelah menang jauh pada gim pertama, hal itu malah jadi bumerang bagi mereka. Saya akui mereka pasangan yang cepat dan stabil permainannya. Terutama serangannya sangat bahaya dan juga bervariasi."

Lee Yong-dae/Jung Jae-sung (Korea Selatan) menjadi ganda berikutnya yang disegani Hendra.

"Mereka pasangan yang kuat, defensenya nggak gampang ditembus. Terutama Yong-dae. Dia pemain luar biasa, mau dipasangkan sama siapa saja (ganda putra atau campuran) dia bisa mengimbangi," kata Hendra.

"Sedih juga ya mendengar Jung Jae-sung meninggal. Dia pemain yang disiplin, defensenya kuat sekali."

Ketika Fu Haifeng berpasangan dengan Zhang Nan (China), mereka tetap menjadi pasangan berbahaya.

"Pasangan yang sangat bagus dalam cover lapangannya, tidak gampang mati dan juga punya serangan yang bagus. Permainan bola mereka bagus, tipis-tipis," aku Hendra.

Baca Juga: Pemain Independen Malaysia Siap Bersaing demi Tempat pada Piala Thomas

"Saya kira kombinasi Fu Haifeng dengan Zhang Nan lebih sulit dikalahkan dibanding saat Fu Haifeng bersama Cai Yun. Zhang Nan jauh lebih muda. Jadi, yang banyak mengatur di lapangan itu Zhang Nan. Sementara itu saat melawan kami, Cai Yun mulai menurun penampilannya."

Lee Yong-dae juga tetap menjadi ganda putra yang diperhitungkan setelah berduet dengan Yoo Yeon-seong.

"Mereka pasangan yang ulet dan tidak gampang menyerah. Sulit mengalahkan mereka. Dari 13 kali kami bertemu mereka, Lee/Yoo menang tujuh kali atas kami yang memperoleh enam kali kemenangan," kata Hendra.

"Tentunya yang paling menarik saat bisa mengalahkan mereka pada final Asian Games 2014. Kami bermain rubber game, dan akhirnya kami menang. Di situ saya puas, bisa mengalahkan pemain terbaik dunia di rumahnya sendiri," ucap ayah tiga anak itu.

Hendra Setiawan sudah mengukir banyak gelar dalam kariernya yakni medali emas Olimpiade Beijing 2008, empat titel Juara Dunia (2007, 2013 2015, 2019), dua emas Asian Games (2010, 2014) dan dua gelar di All England (2014, 2019).

Hendra Setiawan menjadi ganda putra nomor satu dunia bersama dua pasangan yang berbeda.

Saat berpartner dengan Markis Kido, mereka menduduki puncak ranking ganda putra dunia pada 2007.

Sementara itu, bersama Mohammad Ahsan, mereka pertama kali menjadi nomor satu dunia pada November 2013.