Wasit Bulu Tangkis Indonesia Merasa Berdosa kepada Carolina Marin

By Delia Mustikasari - Sabtu, 30 Mei 2020 | 17:20 WIB
Pebulu tangkis tunggal putri Spanyol, Carolina Marin, menangis setelah mengalami cedera pada final Indonesia Masters 2019. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

BOLASPORT.COM - Wasit bulu tangkis internasional asal Indonesia, Jauhari Latif, ingin meminta maaf kepada pebulu tangkis tunggal putri Spanyol, Carolina Marin.

Niat tersebut sudah ingin Jauhari ucapkan setelah Carolina Marin mengalami cedera pada babak final kejuaraan Indonesia Masters 2019.

Namun, kesempatan untuk menyampaikan langsung kepada Carolina Marin belum ada.

Sampai saat ini, Jauhari masih tetap berharap jika suatu hari nanti ia dapat bertemu dan berbicara secara khusus dengan Marin. Dia masih berasa bersalah atas apa yang terjadi pada babak final masa itu.

Baca Juga: Kejuaraan Dunia Junior 2020 Diundur ke Tahun Depan

Ada cerita unik dibalik kegagalan Marin menjadi juara pada Indonesia Masters 2019. Cerita tersebut bermula dari cederanya Jauhari sebelum pertandingan babak final dimulai saat sedang menggosok gigi.

"Saat menggosok gigi di wastafel, saya sedikit membungkuk dan tiba-tiba batuk kencang. Entah kenapa guncangan batuknya menarik otot pinggang," kata Jauhari dilansir BolaSport.com dari laman PBDjarum.

Setelah itu, Jauhari tidak bisa berdiri dengan tegak. Ia hanya bisa berjalan sambil membungkukan badan karena rasa sakit yang luar biasa.

Ia pun panik, karena tidak mungkin ia tampil menjadi wasit dengan jalan membungkuk. Segera ia menghubungi Dr Carmen Yahya.

Dokter olahraga tersebut menyarankan Jauhari bertemu dokter yang bertugas di ruangan medis untuk dilakukan fisioterapi.

"Disana diterapi, dipasang macam-macam alat kurang lebih 40 menit," aku Jauhari.

Baca Juga: China dan Hong Kong Dapat Poin dari Kejuaraan Beregu Asia 2021, Hafiz/Gloria Harus Pertahankan Posisi

Sempat merasa lebih baik, Jauhari bersiap melaksanakan tugasnya. Namun, cedera yang membekapnya kembali kambuh justru disaat detik-detik terakhir menjelang pertandingan akan dimulai tepatnya ketika dia sudah siap dengan segala atributnya sebagai wasit.

Jauhari pasrah dengan kondisinya saat itu. Satu yang terpikir olehnya adalah berdoa.

"Ya Allah, saya sedang sakit pinggang. Bagaimana caranya pertandingan ini cepat selesai," ujarnya.

Doa ini ia panjatkan karena kondisi pinggangnya yang teramat sakit dan agar pertandingan tidak berjalan rubber game atau berharap tidak memakan waktu yang panjang.

Jauhari berjalan tegak memasuki lapangan final Istora Senayan sambil menahan rasa sakit pada pinggangnya.

Rupanya doa yang dipanjatkan terkabul. Pertandingan berjalan dengan singkat dan hanya memakan waktu sepuluh menit saja.

Tetapi, pertandingan final tunggal putri antara Carolina Marin dengan Saina Nehwal (India) berakhir bukan karena salah satu pemain memenangkan pertandingan, melainkan Marin mengalami cedera serius yang mengharuskannya mundur.

Nehwal akhirnya keluar sebagai juara.

Baca Juga: Tim Malaysia Fokus ke Piala Thomas-Uber Sebelum Kualifikasi Olimpiade

Perasaan bersalah mulai ia rasakan. Rasa berdosa kepada Marin semakin lama semakin besar menyelimuti dirinya. Ia merasa bersalah kepada Marin atas doa yang ia panjatkan.

"Saya berasa berdosa kepada Carolina Marin," aku Jauhari.

Ungkapan rasa bersalahnya ia curahkan beberapa minggu dalam status akun istagram pribadi miliknya.

Untungnya, ia dapat sedikit bernafas dengan lega.  Pada Indonesia Masters 2020, ia bertemu dengan kru dari Spanyol yang sedang membuat film dokumenter tentang Marin dengan salah satu bagian film memuat tentang cedera yang dialami Marin.

Saat perekaman film dokumenter, ia tidak lupa menyelipkan permohonan maaf khusus untuk Marin.