Belajar dari Sejarah, Indonesia Tak Perlu Anti Pemain Naturalisasi di Timnas

By Hugo Hardianto Wijaya - Kamis, 20 Agustus 2020 | 11:00 WIB
Ilija Spasojevic jadi satu-satunya pemain naturalisasi yang dipanggil ke timnas Indonesia. (TWITTER.COM/BALIUTD)

Terkhusus, timnas U-19 Indonesia akan mengikuti dua turnamen besar yaitu Piala Asia U-19 2020 dan Piala Dunia U-20 2021.

Keberadaan pemain naturalisasi sangat diperlukan jika tim Garuda ingin berbicara banyak dalam dua ajang bergengsi itu.

"Piala Dunia sudah tinggal beberapa bulan lagi, menurut saya (sekali lagi tentu saja debatable), kita butuh sesuatu (pemain naturalisasi) untuk menyuntik (kekuatan timnas U-20 Indonesia) dan kita akui kalau bisa sebagai jalan pintas terakhir," ujarnya dikutip BolaSport.com dari channel Youtube Tribun Jabar Video.

PSSI.ORG
Pemain Lincoln City U-18, Jack Brown, saat mengikuti seleksi timnas U-19 Indonesia di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Rabu (15/1/2020).

Baca Juga: MotoGP Styria 2020 - Franco Morbidelli: Separuh Badan Masih Sakit tapi Siap untuk Kembali

Di sisi lain, Nigara tidak ingin merendahkan kualitas para pemain lokal yang telah dipanggil oleh Shin Tae-yong.

Hanya saja, perlu disadari juga bahwa kualitas timnas U-19 Indonesia masih kalah bersaing dibanding tim-tim besar lain di dunia.

"Saya sama sekali tidak merendahkan anak-anak kita yang ada di tim Shin Tae-yong. Itu sesuatu yang menurut saya harus kita cermati. Kita nggak perlu alergi terhadap yang seperti itu (pemain naturalisasi)," sambungnya.

Lebih lanjut, Nigara mengambil contoh dengan keberadaan sosok-sosok keturunan yang pernah mengisi sejarah perjuangan Indonesia.

Baca Juga: Terkenal Sangat Disiplin, Shin Tae-yong Dinilai Masih Sangat Lembut

Tokoh-tokoh seperti dr Setiabudi dan Husni Thamrin menjadi contoh bahwa warga keturunan bisa berkontribusi bagi kejayaan Indonesia.

Oleh sebab itu, Nigara berpendapat bila masyarakat Indonesia tidak perlu merasa anti dengan adanya pemain keturunan di timnas Indonesia.

"Karena kita punya Dr Setiabudi, orang Belanda tulen. Memang lahir di Banyuwangi tapi Belanda tulen. Kemudian Husni Thamrin, emaknya orang Betawi, bapaknya orang Belanda. Kenapa kita mesti alergi?," pungkasnya.