Dewa Kipas vs WGM Irene Sukandar dan Bidak Liar Juventus

By Beri Bagja - Selasa, 23 Maret 2021 | 14:50 WIB
Tarung catur WGM Irene Kharisma Sukandar (kiri) versus Dadang Subur a.k.a Dewa Kipas di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Senin (22/3/2021). (YOUTUBE.COM)

Dalam konsepnya, tim memakai pola 2-3-5 atau 3-2-5 saat menyerang, dan ketika diserang, striker harus menjadi tameng pertama di barisan terdepan.

Pemain tidak lagi terpaku sesuai satu posisi, melainkan harus bisa memainkan berbagai peran di lapangan.

Dengan buah pikir meyakinkan ini, Pirlo dipinang Juventus sebagai pelatih. Langsung, tanpa CV menukangi tim mana pun sejak terjun ke bidang ramu strategi.

Beberapa hal memang sejauh ini berada dalam trek. Termasuk soal pemakaian ragam formasi dan opsi penempatan pemain yang begitu variatif.

Ide memainkan duo Federico, Chiesa dan Bernardeschi, sebagai wingback merupakan salah satu perwujudan konsep all-attack ala Pirlo yang terinspirasi dari Cruyff.

Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Semuanya gara-gara Pep Guardiola (1)

Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Bukan Gambling, melainkan Planning (2)

Seperti Dewa Kipas, Pirlo mungkin memiliki konsep dan teori paten yang ideal di kepalanya.

Namun, seperti Dewa Kipas juga, Pirlo tak memiliki modal cukup guna mewujudkannya jadi realitas.

Algoritma daring bisa digocek, tapi di lapangan tempur sebenarnya banyak variabel tak terduga bakal terjadi dan berpengaruh. Tidak semuanya bisa diukur.

Sepak bola itu seperti catur. Satu langkah yang ditempuh akan memengaruhi langkah-langkah berikutnya.

Di laga kontra Benevento, Minggu (21/3/2021), bidak-bidak catur Pirlo pun kerap bergerak liar.