Tantangan Greysia/Apriyani Usai Gapai Peak Performance Pada Awal Tahun

By Agung Kurniawan - Rabu, 7 April 2021 | 16:45 WIB
Pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, berpose di podium kampiun bersama medali emas yang diraih usai memenangi laga final Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (19/1/2020). (BADMINTON INDONESIA)

BOLASPORT.COM - Kepala pelatih ganda putri Pelatnas PBSI, Eng Hian, membeberkan tantangan yang bakal dihadapi Gresia Polii/Apriyani Rahayu.

Greysia Polii/Apriyani Rahayu telah menorehkan prestasi luar biasa pada awal 2021.

Prestasi tersebut diraih saat Greysia Polii/Apriyani Rahayu ketika tampil pada Thailand Open I di Bangkok pada Januari kemarin.

Dalam turnamen bertaraf Super 1000 tersebut, Greysia/Apriyani yang menempati unggulan kelima sukses menjadi juara.

Baca Juga: BAM Netral soal Perubahan Sistem Skor yang Diajukan Indonesia

Mereka mengalahkan pasangan andalan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, pada final.

Pencapaian ini meneguhkan prestasi Greysia/Apriyani sebagai wakil Indonesia tersukses pada musim turnamen 2020.

Greysia/Apriyani tercatat mendulang tiga gelar juara dari Indonesia Masters 2020, Barcelona Spain Masters 2020, dan Thailand Open I.

Adapun, ketika berbicara performa pada 2021, pencapaian Greysia/Apriyani terbilang memuaskan.

Baca Juga: Sudah Tak Bermain, Eks Rival Bebuyutan Marcus/Kevin Siap Revans dengan Anak Didiknya

Setelah menjuarai Thailand Open I, Greysia/Apriyani menjadi semifinalis Thailand Open II dan mencetak dua kemenangan pada fase grup BWF World Tour 2020

Performa bagus tersebut membuat pasangan ganda putri peringkat keenam dunia tersebut mendapat ekspektasi besar.

Hal tersebut turut dikomentari Eng Hian dalam wawancara virtual yang dihadiri BolaSport.com pada Rabu (7/4/2021).

Eng Hian membeberkan tantangan yang bakal dihadapi Greysia/Apriyani.

Baca Juga: Kabid Binpres PP PBSI Sebut Sistem Skor 5x11 Bakal Untungkan Indonesia

Eng Hian secara khusus menyoroti penyesuaian yang harus dilakukan terhadap Greysia Polli untuk menjaga performa pada usia yang telah mencapai 33 tahun.

"Tantangan tentu ya, karena salah satunya Greysia, saya harus membuat program lagi dengan seiring usianya bertambah," kata Eng Hian.

"Greysia bukan pemain muda lagi, tentu kondisi fisik tahun lalu dengan kini ada perbedaan," imbuhnya.

Eng Hian sendiri percaya berbagai upaya yang dilakukan bakal mampu meminimalisir efek usia terhadap permainan atlet yang akrab disapa Kak Grace tersebut.

Baca Juga: Lee Zii Jia Mengaku Cocok dengan Sistem Skor 5x11 yang Diajukan Indonesia

"Dari komitmen penataan pendukung PBSI mulai dari fisik, nutrisi, sport science, semuanya meminimalkan efek usia ini," ucapnya.

Program-program baru itu ditata agar Greysia/Apriyani menjaga peak performance setidaknya hingga Olimpiade Tokyo tiba pada pertengahan tahun ini.

"Untuk pengaturan program kita akan atur lagi peak formance untuk Grace/Apri agar mencapai Olimpiade," ucap Eng Hian.

Meminimalisir potensi cedera pun menjadi salah satu fokus Eng Hian dalam menjaga kans juara dari anah asuhnya tersebut di Olimpiade.

"Untuk tiga turnamen berikutnya tujuannya beda dari turnamen awal tahun. Turnamen awal tahun memang benar penampilan yang terbaik," kata Eng Hian.

"Tiga turnamen berikutnya jelang Olimpiade saya tak ingin menilai dari performance, saya lebih menjaga dari cedera," imbuhnya.

Eng Hian pun tidak ingin terlalu fokus kepada hasil yang diraih oleh Greysia/Apriyani. Bagi dia, Olimpiade adalah momen yang tepat untuk tampil habis-habisan.

"Jadi hasil nanti dulu di turnamen Asia nanti. Greysia/Apriyani hanya ikut Malaysia [Open 2021] dan Singapore [Open 2021]," tutur Eng Hian.

"Saya hanya mengevaluasi performance Greysia/Apriyani dan calon lawan nanti di Olimpiade."

"Dan untuk menjaga dari cedera karena selesai Singapura kan satu bulan lebih sedikit lah [menuju Olimpiade Tokyo]," imbuhnya.

Baca Juga: Ini Alasan PBSI Batalkan Penyelenggaraan Indonesia Masters 2021